Surga Tersembunyi di Pesisir Morodemak (Pres Rilis Pengabdian Dosen Universitas Diponegoro)
Foto Bersama Para Peserta Workshop Pengembangan Ekoturisme Wisata Mangrove Morodemak pada Minggu (16/09/18) di Hotel Amantis Demak |
Potret Morodemak |
Orang bilang, Morodemak itu biasa saja, tak seindah Pulau Dewata, tiada yang istimewa. Saat air laut pasang, rob pun berdatangan, memasuki bangunan demi bangunan, membuat Morodemak tak enak dipandang. Seorang calon wisatawan pun pernah bilang, “Morodemak? Gitu-gitu aja deh kayaknya.”Hey! Ia belum tahu saja. Ada berlian yang siap dimunculkan. Sebuah ‘Mangrove’ yang siap dipesonakan. Iya, Morodemak punya potensi besar.
Kabar
baik ini berawal dari keresahan-keresahan yang dipertemukan. Keresahan pertama
datang dari dosen Universitas Diponegoro bernama Salma, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog
serta kedua mitra kerjanya, Dian Veronika Sakti K., S.Psi.,M.Psi dan Fardzanela
Suwarto, S.T.,M.Sc. Keresahan yang mereka rasakan adalah perihal menentukan tempat
wisata yang tepat untuk dijadikan lokasi pengabdian. Tak jauh beda, keresahan serupa
pun datang dari seorang Kepala Desa bernama Mujahidin. Ia resah memikirkan
bagaimana cara agar Sumber Daya Alam di desanya dapat dikembangkan. Berawal
dari dua keresahan itulah kemudian seorang perantara mempertemukan keduanya.
Pertemuan
pertama terselenggara pada bulan Oktober 2017 lalu. Tim Salma menyambangi
lokasi untuk melakukan survey lapangan dan koordinasi dengan Kepala Desa serta perangkatnya.
Dari hasil survey lapangan, diketahui bahwa ternyata Morodemak adalah desa yang
memiliki karakteristik menarik. Letaknya yang berada di pesisir pantai
menjadikan desa ini memiliki potensi Sumber Daya Alam yang sangat baik. Namun,
di sisi lain desa ini termasuk dalam salah satu desa yang terkena dampak rob,
sehingga terdapat banyak rumah warga yang terendam. Menariknya, sebagian besar
warga Morodemak lebih memilih untuk tetap bertahan dan beradaptasi dengan cara
meninggikan rumah.
Upaya untuk mengatasi banjir rob sebenarnya telah
dilakukan pemerintah Morodemak. Sejak tahun 2010 pemerintah bersama dengan
warga setempat telah melakukan penanaman mangrove. Lokasi penanaman mangrove
pun menarik perhatian pengunjung sehingga pada tahun 2017 lalu telah dibuka
wisata mangrove melalui jalur tracking maupun perahu. Meski demikian, wisata mangrove tersebut
belum dikelola secara optimal. Melihat kebutuhan masyarakat akan mata
pencaharian serta potensi yang belum dikembangkan, maka melalui program
pengabdian kepada masyarakat ini tim Salma sepakat untuk menjadikan Morodemak
sebagai lokasi pengabdian. Tim Salma berharap, kedepannya wisata mangrove
Morodemak dapat dikelola dengan lebih baik sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya.
Pengabdian kepada masyarakat yang merupakan
bagian dari program hibah UNDIP for Science Techno Tourism Development (UFST2D)
ini, kemudian diberi judul “Pengembangan Ekoturisme Wisata Mangrove dengan
Pendekatan Intervensi Berbasis Psikologi Komunitas di Desa Morodemak, Kecamatan
Bonang, Kabupaten Demak”. Untuk mengawali programnya, tim Salma melakukan
asesmen. Asesmen ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pengembangan
wisata, serta mengukur sejauh mana kesiapan masyarakat untuk berkontribusi
dalam pengembangan wisata mangrove. Pada asesmen tersebut, tim salma melakukan
beberapa kegiatan, seperti pemberian kuesioner sekaligus wawancara ke 100 rumah
warga, wawancara dengan para pejabat desa, serta melakukan Focus Group
Discussion (FGD) bersama representasi seluruh elemen masyarakat.
Hasil asesmen menunjukkan bahwa tingkat
kesiapan masyarakat Morodemak terhadap pengembangan wisata mangrove tergolong
sedang. Menurut Salma, karakteristik masyarakat Morodemak adalah masyarakat
yang cenderung menerima kondisi yang ada, sehingga dibutuhkan penggerak apabila
ingin melakukan perubahan.
“Sisi baiknya adalah mereka ini termasuk
masyarakat yang nerimo, mudah bersyukur, jadi tidak mudah terbebani.
Namun dalam hal inovasi atau keinginan untuk bergerak lebih maju, mereka
kurang. Oleh karena itu, Undip di sini berperan sebagai katalisator atau
penggerak. Jadi pendekatannya yaitu lebih ke upaya-upaya dalam melibatkan
masyarakat secara aktif untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki. Jadi
lebih menekankan komunikasi secara
intens, khususnya ke aktor-aktor kunci. Menanyakan kendala-kendalanya, dan
bersama-sama memikirkan solusi,” jelas Salma, selaku ketua pengabdian.
Pelatihan Team Building oleh Tim Dosen Undip pada Sabtu-Minggu (16-17/12/17), Bertempat di Kampung Djawa Sekatul |
Setelah mengetahui akar permasalahan, tim Salma
pun memberikan pelatihan team building sebagai pemantik semangat sebelum
agenda inti diselenggarakan. Pelatihan ini mengikutsertakan representasi dari
seluruh elemen masyarakat Morodemak. Alhasil, setelah pelatihan terlaksana,
nampak perubahan dari peserta di mana mereka menjadi lebih solid dan lebih
bersemangat untuk mengembangkan desanya. Adanya semangat yang menggebu dari
beberapa pihak, lantas mendorong tim Salma untuk segera melangkah menuju agenda
selanjutnya. Beberapa agenda pun berhasil terlaksana hingga akhir tahun 2017,
seperti pembuatan struktur organisasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes),
pembentukan Unit Wisata Mangrove, serta pembangunan fisik tempat wisata.
Beberapa Kegiatan yang Diselelnggarakan pada Pelatihan Team Building |
Adanya semangat yang menggebu dari beberapa
pihak, lantas mendorong tim Salma untuk segera melangkah menuju agenda
selanjutnya. Beberapa agenda pun berhasil terlaksana hingga akhir tahun 2017,
seperti pembuatan struktur organisasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes),
pembentukan Unit Wisata Mangrove, serta pembangunan fisik tempat wisata.
Tak berhenti di situ, di tahun 2018 ini beberapa
kegiatan juga dilaksanakan guna mempercepat pengembangan wisata. Pada pertengahan
September lalu, tim Salma menyelenggarakan workshop guna menyusun roadmap atau rencana jangka panjang,
menengah, serta pendek mengenai pengembangan wisata mangrove Desa Morodemak
secara bersama. Workshop ini dihadiri oleh representasi seluruh elemen
masyarakat Morodemak dan menghadirkan seorang fasilitator dari penggerak wisata
mangrove Tapak Semarang, Abdul Rofiq. Tim Salma mengemas acara ini ke dalam 5
sesi, di antaranya; sesi sharing dan identifikasi strategi pengembangan
wisata, penyusunan roadmap, penyusunan struktur tim pelaksana,
penyusunan paket tarif wisata, serta rencana tindak lanjut. Acara ini
membuahkan kesepakatan mengenai beberapa kegiatan yang akan segera dijalankan
dan ditargetkan dapat terselesaikan dalam satu tahun mendatang.
Workshop Pengembangan Ekoturisme Wisata Mangrove Morodemak oleh Dosen Undip pada Minggu (16/09/18) di Hotel Amantis Demak |
Pemerintah
Morodemak menyadari, di Jawa Tengah, wisata mangrove memang sudah banyak
jumlahnya. Namun, wisata mangrove di Desa Morodemak ini memiliki keunggulan
tersendiri. Menurut Abdul Rofiq, Morodemak sebenarnya memiliki potensi besar. Dengan
hamparan mangrove yang lebat nan luas, serta pemandangan pantai yang
menenangkan, sudah pasti dapat menarik banyak wisatawan apabila dikelola dengan
lebih baik.
Pesona Hutan Mangrove Morodemak |
“Memang,
keunggulan dari Morodemak ini kan ada di kualitas hutan mangrove-nya. Sudah
begitu lebat dan luas. Hal inilah yang membedakan mangrove Morodemak dengan
mangrove-mangrove lain yang ada Jawa Tengah,” ungkap Abdul Rofiq, meyakinkan.
Hamparan Pepohonan Mangrove Morodemak yang Lebat nan Luas |
Tak
hanya hutan mangrove yang memesona, Morodemak juga terkenal dengan kulinernya
yang istimewa. Dalam sambutannya, Kepala Desa Morodemak menyampaikan bahwa
Morodemak memiliki kuliner khas yang berbeda dengan kuliner di daerah Demak
pada umumnya. Aneka macam makanan khas Morodemak seperti bandeng, ikan asin, terasi,
dan rujak kecap, dapat diperoleh di sekitar pantai dan menjadi oleh-oleh khas
yang diincar para pengunjung. Anda tak percaya? Mari berkunjung dan buktikan
kebenarannya.
Penulis :
Diah
Fatimatuzzahra | Penanggung
Jawab Publikasi Media
*Pres Rilis Serupa Telah Dimuat di Koran Harian Suara Merdeka Edisi 2 Oktober 2018