Penyakit Kronis Kaum Hawa #2
Pernah
suatu hari saya terheran, menerka-nerka mengapa sikap dosen kesayangan
saya tak seceria biasanya. Ada apa gerangan? Beliau seperti sedang
kecewa, entah dengan siapa. Seakan mau mengutarakan kekecewaannya,
beliau pun berkata,
"Sekarang penyakit TIDAK PERCAYA DIRI sudah menggerogoti KAUM HAWA nak."
"Maksud ibu?" tanyaku tak paham.
"Lihat saja sekarang, segala upaya di lakukan utk menarik perhatian," kata beliau menjelaskan.
Saya yang sudah berusaha keras untuk memahami tapi tidak juga paham pun kembali bertanya, "Perhatian bu?"
Seakan tahu gelagat saya yang kebingungan, beliau pun menjelaskan lebih panjang,
"Wanita yang Percaya Diri pasti yakin, TANPA HARUS memamerkan perhiasan berharga miliknya pun ia sudah bisa membuat seorang atau bahkan lebih kaum adam jatuh hati padanya. Jika benar ia PERCAYA DIRI maka ia tak akan malu dan justru akan sangat bangga ketika mengenakan pakaiannya--yang berbahan tebal, longgar, serta lebar, --menutupi seluruh perhiasan yang ada padanya. Dan jika ia memang benar-benar wanita yang PERCAYA DIRI, maka sekejappun takkan pernah ia biarkan martabatnya jatuh karena tingkah lakunya yg tak mengenal akhlak."
Saking khusyu'nya mencerna perkataan beliau, saya jadi terbengong.
"Can you catch what I mean, dear?" lanjutnya yang spontan membuat saya sadar dari keterbengongan itu.
Dengan sigap saya pun menjawab, "Siap bu.. saya mengerti. Hanya saja saya tidak pernah berpikir kearah itu. Mengkorelasikan antara ketidak-percayaan diri dengan pemakaian hijab. Itu pembicaraan yang sangat menarik bu.. hehe"
"Sekarang penyakit TIDAK PERCAYA DIRI sudah menggerogoti KAUM HAWA nak."
"Maksud ibu?" tanyaku tak paham.
"Lihat saja sekarang, segala upaya di lakukan utk menarik perhatian," kata beliau menjelaskan.
Saya yang sudah berusaha keras untuk memahami tapi tidak juga paham pun kembali bertanya, "Perhatian bu?"
Seakan tahu gelagat saya yang kebingungan, beliau pun menjelaskan lebih panjang,
"Wanita yang Percaya Diri pasti yakin, TANPA HARUS memamerkan perhiasan berharga miliknya pun ia sudah bisa membuat seorang atau bahkan lebih kaum adam jatuh hati padanya. Jika benar ia PERCAYA DIRI maka ia tak akan malu dan justru akan sangat bangga ketika mengenakan pakaiannya--yang berbahan tebal, longgar, serta lebar, --menutupi seluruh perhiasan yang ada padanya. Dan jika ia memang benar-benar wanita yang PERCAYA DIRI, maka sekejappun takkan pernah ia biarkan martabatnya jatuh karena tingkah lakunya yg tak mengenal akhlak."
Saking khusyu'nya mencerna perkataan beliau, saya jadi terbengong.
"Can you catch what I mean, dear?" lanjutnya yang spontan membuat saya sadar dari keterbengongan itu.
Dengan sigap saya pun menjawab, "Siap bu.. saya mengerti. Hanya saja saya tidak pernah berpikir kearah itu. Mengkorelasikan antara ketidak-percayaan diri dengan pemakaian hijab. Itu pembicaraan yang sangat menarik bu.. hehe"
Cukup menggelitik bukan, apa yang yang telah beliau utarakan?
Bagi saya, apa yang diutarakan ibu dosen memang benar adanya. Mengapa?
Coba cermati kalimat ini, “I feel more confident without
hijab. And I’m so unconfident wearing it.. No, I don’t wanna wear it.
Coz It just cover my beauty. So, if I wear it, I’m not pretty.”
Kalimat di atas adalah salah satu contoh alasan yang dilontarkan kaum
wanita muslim atas ketidakinginannya dalam mengenakan hijab. Meskipun
kalimat tersebut hanyalah hasil dari asumsi saya pribadi, akan tetapi
saya bisa pastikan bahwa kalimat tersebut pasti pernah atau bahkan
selalu hadir di dalam setiap hati mereka––para wanita yang KTPnya
berstatuskan “Islam” akan tetapi enggan mengenakan hijab. Ketidakpercayaan diri inilah yang tanpa disadari menjadi motivasi
terbesar mereka untuk tetap berpenampilan terbuka, --menonjolkan
bagian-bagian dari fisiknya yang dapat membahagiakan setiap mata yang
melihatnya. Percayakah Anda?
Mari sejenak kita berkaca pada fenomena-fenomena berbau ‘wanita’ di negeri Nusantara. Apakah masyarakat di negeri ini mengenal yang namanya prostitusi? Tentu jawabannya adalah Ya. Mengapa? Tentu sebagian besar akan menjawab, karena banyaknya kasus dan berita. Atas dasar apa mereka melakukannya? Kalian pun pasti akan
melontarkan berbagai macam persepsi. Entah karena intensitas hasrat
seksualnya yang tinggi, keinginan mendapatkan kepuasan seksual yang
berlebihan, pun alasan-alasan lain yang kesemuanya sangat erat kaitannya
dengan “perilaku menarik perhatian lawan jenis”.
Apa buktinya? Tentu saja, pakaian-pakaian mereka yang super vulgare
adalah hal pertama yang bisa disoroti. Lalu, penampilan mereka dalam
berias atau menggunakan make up yang berlebihan, perilaku mereka yang
seolah-olah ingin memperlihatkan ke-sexy-an, bahkan sampai pada tindakan mengoperasi bagian fisik tertentu sebagai upaya menutupi kekurangan dan mempercantik diri.
Menurut Anda, apakah orang-orang semacam itu memiliki tingkat
kepercayaan diri yang tinggi terhadap dirinya? Percaya diri dengan
tindakan-tindakan mempercantik diri misalnya, atau berpenampilan seperti
bintang Hollywood misalnya. Apakah perilaku-perilaku tersebut
mencerminkan kepercayaan diri yang tinggi? Apakah mereka –yang
berperilaku seperti itu adalah orang-orang yang bisa menerima keadaan
dirinya sendiri beserta seluruh kekurangan yang melekat padanya?
Bagaimana menurut Anda?
Kalau menurut saya, orang-orang semacam itu bisa dikatakan memiliki
penerimaan diri yang rendah. Dengan kata lain, mereka belum sepenuhnya
bersyukur atas segala kondisi real yang dimilikinya. Sehingga apabila
penerimaan dirinya rendah, maka tingkat percaya dirinya pun rendah.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa penerimaan diri dan kepercayaan
diri memiliki hubungan yang signifikan positif.
Bukan hanya prostitusi, rendahnya tingkat percaya diri
kaum wanita ini juga dapat kita temui pada kehidupan sehari-hari. Apakah
Anda menyadari bahwa hal-hal kecil seperti mempercantik gaya rambut,
mewarnainya, berpakaian ketat, memakai pakaian di atas lutut, memakai
make up tebal, dan sejenisnya, adalah beberapa cara yang dilakukan
wanita dalam rangka meningkatkan percaya dirinya? Tentu saja. Hal-hal semacam itu tentu dilakukan wanita untuk meningkatkan rasa
percaya diri. Ada pula yang melakukannya untuk mendapatkan perhatian dan
ketertarikan dari lawan jenis atau lelaki yang diincarnya. Hal yang
sudah umum bukan? Sayangnya, kebanyakan dari kita tidak memperdulikannya
dan malah menganggapnya sebagai suatu yang lumrah dan biasa saja. Kebanyakan dari kita mungkin lupa bahwa ‘tidak percaya diri’ juga
bisa membuat kita melakukan perbuatan-perbuatan berdosa pun melanggar
norma. Ya, wanita memang banyak yang lupa, bahwa mereka sering sekali
melukai Tuhannya dengan perbuatan-perbuatan asusilanya.
Dengan demikian, setujukah Anda bahwa wanita yang
memamerkan auratnya atau berpakaian tidak sepatutnya adalah mereka yang
memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah? Dan setujukah Anda
apabila saya memiliki statement bahwa “Unconfident Disease” adalah
penyakit kronis kaum wanita? (Jawab di kolom komentar ya.. :D )
Sebagai paragraf penutup, saya ingin menyimpulkan dan menambahkan
beberapa hal. Pertama, menurut saya, seorang wanita yang dengan
bahagianya memamerkan bentuk tubuhnya, pun memakai pakaian yang tidak
sesuai dengan norma, adalah seorang wanita yang teridap penyakit “Tidak
Percaya Diri”. Kedua, seorang wanita yang dapat dikatakan memiliki kepercayaan diri
yang tinggi adalah dia yang dapat menjaga perilaku serta penampilannya
sesuai dengan norma atau kaidah-kaidah yang dianutnya. Apabila ia
seorang muslim, maka ia berhijab, menutup aurat sesuai syariat, pun
berperilaku sesuai akhlak. Dan apabila ia non muslim, ia pun dapat menjaga perilakunya,
tindak-tanduknya, pun penampilan yang sesuai dengan kaidah yang
ditetapkan oleh agamanya. Bukankah semua agama selalu mengajarkan
tentang kebaikan? Bukan hanya Islam kan? Dan yang terakhir, saya hanya
ingin mengajak Anda untuk berkaca. Mengintrospeksi diri lebih tepatnya.
Mari kita renungkan, sudah percaya diri kah kita? Sebesar apa rasa
percaya dirinya?
Mari menjadi agen perubahan! Menjadi lebih baik mulai dari sekarang. Untuk diri sendiri, bangsa, pun negara. Bersedia kan?
Dekati Sang Ilahi! Maka tingkat percaya dirimu akan melambung tinggi!
Salam Literasi :)
-Diah Fatimatuzzahra-