123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 lasantha.wam

Writing is the most fun you can have by yourself. - Terry Pratchett

Thursday, October 1, 2015

TEORI-TEORI PERKEMBANGAN PSIKOLOGI


TEORI-TEORI PERKEMBANGAN PSIKOLOGI




*     TEORI PSIKOANALITIK



Teori Psikoanalitik menjelaskan bahwa proses perkembangan berlangsung secara tidak disadari (unconcious) dan sangat diwarnai oleh emosi.

Berikut adalah tokoh-tokoh yang mempelopori teori ini :

·         Sigmund Freud (Teori Psikoseksual)
Dalam teorinya Freud mengemukakan bahwa masalah manusia bersumber dari pengalaman-pengalaman di masa awal kehidupan. Dimana seksual menjadi masalah terpenting bagi manusia. Menurutnya, seiring dengan pertumbuhan anak-anak, fokus dari impuls-impuls kenikmatan dan seksual mereka beralih dari mulut menuju anus dan bahkan hingga genital. Akibatnya, manusia akan melalui lima tahap perkembangan psikoseksual. Yaitu meliputi; tahap oral, anal, falik, laten dan genital.

·         Erik Erikson (Teori Psikoseksual)
Berbeda dengan Freud, dalam teorinya Erikson menyatakan bahwa individu berkembang menurut tahap-tahap psikososial. Menurutnya, motivasi utama manusia bersifat sosial dan mencerminkan hasrat untuk bergabung dengan manusia lain.
Teori ini dikelompokkannya menjadi delapan tahap perkembangan, yaitu sebagai berikut : 

Kepercayaan vs ketidakpercayaan (trust vs mistrust)
Tahap ini terjadi dari awal anak atau kelahirannya sampai usia 1 tahun. Erikson percaya bahwa anak-anak mengembangkan rasa percaya atau ketidakpercayaan berdasarkan cara mereka diperlakukan. Mereka memberi kepercayaannya kepada orang-orang yang memenuhi kebutuhan mereka. Jika kebutuhannya terpenuhi ia akan mempercayai dunia sebagai tempat tinggalnya yang baik dan menyenangkan. Sebaliknya, jika kebutuhannya tidak terpenuhi maka anak akan merasa tidak percaya terhadap dunia, bahkan untuk jangka panjang.

Otonomi vs rasa malu dan keragu-raguan (autonomy vs shame and doubt)

Tahap ini berlangsung pada akhir masa bayi dan masa baru mulai berjalan (usia 1-3 tahun). Pada tahap ini anak-anak mulai mengembangkan otonomi pada dirinya. Dimana anak-anak akan otonomi jika orangtua atau pengasuhnya memberikan kebebasan untuk mengeksplorasi rasa ingin tahu mereka, mengajukan pertanyaan bebas tanpa takut ditegur, dan untuk dapat mengekspresikan imajinasi mereka tanpa ragu-ragu. Namun jika orangtua mereka terang-terangan membatasi dan ketat, anak-anak akan merasa malu dan ragu-ragu dalam mengekspresikan diri mereka secara bebas. Sehingga mereka cenderung pasif karena tidak memiliki keberanian dan takut akan dampaknya. 



Prakarsa vs rasa bersalah (initiative vs guilt)

Tahap ini berlangsung selama masa prasekolah (usia 3-6 tahun). Dimana anak-anak mencoba untuk melakukan hal-hal dengan rasa penasaran dan inisiatif. Mereka mengembangkan perilaku aktif dan bertujuan, begitu pula rasa tanggung jawab terhadap tubuh, perilaku, dan apapun yang dimilikinya. Terkadang mereka berhasil dan merasa baik dengan diri mereka sendiri, tetapi ada kalanya mereka gagal atau melakukan kesalahan, yang kemudian membuat mereka merasa bersalah.



Semangat vs rasa rendah diri (industry vs inferiority)

Tahap ini berlangsung di masa sekolah dasar (usia 6-12 tahun). Anak-anak pada tahap ini mengembangkan prakarsa serta kompetensi dalam semua spektrum kehidupan mereka. Dengan penuh semangat, mereka mengerahkan energinya untuk mengasah intelektual dan mengembangkan imaginasinya. Disamping itu andil orang tua juga sangat penting. Orang tua yang membekali anaknya dengan dorongan dan motivasi akan membesarkan anak-anak yang memiliki kepribadian rajin dan tekun. Sementara anak-anak yang putus asa dan diejek orang tua mereka karena kegagalannya, akhirnya mengembangkan kepribadian rendah diri. Mereka merasa tidak cukup baik sebagai individu.


Identitas vs kebingungan identitas (identity vs identity confution)

Pada tahap kelima ini, individu dihadapkan pada tantangan untuk mencari jati dirinya. Disamping itu ia juga akan menentukan jalan seperti apa yang akan ditempuh serta tujuan yang ingin  dicapainya. Jika mereka dapat menjalani kesemuanya dengan baik dan sampai pada jalur yang positif dalam kehidupan, maka identitas positif akan diraihnya. Sebaliknya, jika tidak maka ia akan mengalami kebingungan identitas.



Keakraban vs keterkucilan (intimacy vs isolation)

Tahap keenam ini berlangsung pada masa dewasa awal. Dimana individu dihadapkan pada tugas perkembangan yang berkaitan dengan pembentukan relasi akrab dengan orang lain. Jika mereka dapat membentuk persahabatan dan relasi yang terjalin baik dengan orang lain, maka keakraban akan dicapai. Sebaliknya, jika tidak maka ia akan terkucilkan.



Generativitas vs stagnasi (generativity vs stagnation)

Tahap ini berlangsung di masa dewasa menengah. Pada masa ini individu dihadapkan pada persoalan tentang bagaimana mereka dapat ikut andil dalam membantu dan mengarahkan generasi muda pada kehidupan yang berguna dan lebih baik. Jika mereka mampu maka generativitas telah diperolehnya. Sebaliknya jika mereka merasa belum bisa melakukannya, maka perasaan stagnasilah yang diperoleh.



Integritas vs keputusasaan (integrity vs despair)

Tahap ini berlangsung di masa dewasa akhir. Individu pada masa ini berusaha merefleksikan kehidupannya di masa lalu. Dengan berbagai pengalaman hidupnya yang telah mereka tempuh, manusia lanjut usia dapat memberikan pandangan perihal kehidupan yang telah dilaluinya. Apakah selama ini hidupnya telah dilaluinya dengan baik atau tidak. Jika semuanya dapat dilaluinya dengan baik, maka ia akan mencapai kepuasan (integritas). Dan sebaliknya jika tidak, maka akan memunculkan rasa keputusasaan.





*    TEORI-TEORI KOGNITIF


Teori kognitif merupakan kebalikan dari teori psikoanalitik. Dimana proses perkembangannya berlangsung secara sadar.
Adapun pembagian teori ini dapat dijabarkan sebagai berikut :



Teori Perkembangan Kognitif Piaget


Dalam teori ini dijelaskan bahwa anak-anak secara aktif membangun pemahaman mengenai dunia dan melalui empat tahap perkembangan kognitif. Yang mana dalam melaluinya melibatkan dua proses, yaitu organisasi dan adaptasi.
Adapun keempat tahap perkembangan tersebut, terjabarkan sebagai berikut :

·         Tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun)

Dalam tahap ini, bayi membangun pemahaman mengenai dirinya dengan mengoordinasikan pengalaman-pengalaman sensorik dengan tindakan-tindakan fisik dan motorik.

·         Tahap praoperasi (usia 2-7 tahun)
Dalam tahap ini, anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar, melampaui hubungan sederhana antara informasi sensorik dan tindakan fisik.
·         Tahap operasi konkret (usia 7-11 tahun)
Pada tahap ini, anak dapat bernalar secara logis mengenai peristiwa-peristiwa konkret dan mengklasifikasikan objek-objek kedalam bentuk-bentuk yang berbeda.
·         Tahap operasi formal (usia 11-dewasa)
Pada tahap terakhir ini, remaja bernalar secara lebih abstrak, idealis, dan logis.


Teori Kognitif Sosiobudaya menurut Vygotsky Teori Vygotsky adalah teori kognitif sosiobudaya yang berfokus pada bagaimana budaya dan interaksi sosial mengarahkan perkembangan kognitif.  Ia melukiskan perkembangan anak sebagai aspek yang tidak terpisahkan dari aktivitas sosial dan budaya. Seperti kegiatan belajar berhitung (matematika), penguasaan bahasa, serta strategi memory. Yang mana dalam proses pembelajarannya terdapat perbedaan antar budaya.
   
Teori Pemrosesan Informasi 
Inti dari teori ini adalah proses memori dan pemikiran. Dimana lebih mengedepankan bahwa individu memanipulasi, memonitor, dan menyusun strategi terhadap informasi-informasi yang ditemuinya.
 


*    TEORI-TEORI PERILAKU DAN KOGNITIF SOSIAL



Landasan bagi behaviorisme pada dasarnya menyatakan bahwa kita dapat melakukan studi ilmiah hanya terhadap aspek yang dapat diamati dan diukur secara langsung.

Berikut adalah penjabaran dua versi pendekatan perilaku :

·         Pengkondisian Operant Skinner
Berdasarkan teori ini, konsekuensi dari suatu perilaku akan mengubah peluang munculnya perilaku itu dikesempatan berikutnya.
Ia juga beranggapan bahwa penghargaan dan hukuman yang diberikan akan memengaruhi perkembangan seseorang. Sebagai contoh, menurut Skinner, orang yang pemalu telah belajar menjadi malu dari pengalaman yang diterima selama perkembangannya.
·         Teori Kognitif Sosial Bandura
Teori ini menyatakan bahwa perilaku, lingkungan, dan kognisi merupakan faktor-faktor penting dalam perkembangan.
Bandura menegaskan bahwa proses-proses kognitif memiliki kaitan penting dengan lingkungan dan perilaku . Sebagai contoh, seorang anak yang memiliki ayah temperamental, akan meniru perilaku ayahnya ketika ia berada di lingkungan bermainnya.


*    TEORI ETOLOGI

Etologi menegaskan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan evolusi, dan ditandai dengan periode kritis atau sensitif. Sedangkan etologi sendiri adalah suatu cabang ilmu zoology yang mempelajari perilaku atau tingkah laku hewan, mekanisme, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Etologi muncul sebagai kontributor penting terhadap teori perkembangan manusia karen ahli ilmu hewan Eropa, terutama Konrad Lorenz (1903-1989) lebih sering bekerja dengan angsa Eurasia. Hasil pengamatannya mengenai seekor anak angsa yang baru lahir menunjukkan bahwa anak angsa yang dierami induknya langsung mengikuti induknya segera setelah menetas. Sedangkan anak angsa lain yang diletakkan dalam inkubator melihat Lorenz ketika mereka menetas, sehingga mengikuti Lorenz kemana-mana. Dari kejadian ini, Lorenz menyebut proses ini sebagai proses imprinting, suatu proses belajar yang cepat dan naluriah yang melibatkan kelekatan pada objek bergerak yang pertama kali dilihat. Dimana proses imprinting ini terjadi pada waktu tertentu.


*    TEORI EKOLOGI

Teori ekologi Bronfenbrenner menyatakan bahwa perkembangan mencerminkan pengaruh dari sistem lingkungan. Teori tersebut mengidentifikasikan lima sistem lingkungan yang terjabarkan sebagai berikut :
·         Mikrosistem adalah lingkungan tempat individu hidup. Mencakup; keluarga, teman sebaya, sekolah, dan lingkungan sekitar. Dalam mikrosistem inilah terjadi interaksi yang paling langsung dengan agen-agen sosial.
·         Mesosistem terdiri dari relasi antar mikrosistem atau koneksi diantara beberapa konteks. Contohnya, relasi antara pengalaman keluarga dengan pengalaman sekolah.
·         Makrosistem adalah budaya tempat individu hidup.
·      Kronosistema adalah pola peristiwa-peristiwa lingkungan dan transisi dari rangkaian kehidupan dan keadaan-keadaan sosiohistoris.

terdiri dari relasi antar mikrosistem atau koneksi diantara beberapa konteks. Contohnya, relasi antara pengalaman keluarga dengan pengalaman sekolah.

*    ORIENTASI TEORETIS EKLEKTIK


Pandangan eklektik yaitu pandangan yang berusaha menyelidiki berbagai sistem metode, teori, atau doktrin, yang dimaksudkan untuk memahami dan bagaimana menerapkannya dalam situasi yang tepat.
Singkatnya, meskipun teori-teori di atas dapat membantu memberikan pengarahan, kita perlu hati-hati untuk tidak hanya mengandalkan satu teori saja dalam menjelaskan perkembangan. Oleh karena itu dalam orientasi teoretis eklektik ini tidak mengikuti hanya sebuah pendekatan teori, namun memiliki segi-segi yang dianggap paling baik dari masing-masing teori.







Daftar Pustaka :


Santrock, John W. 2012. Life-Span Development. Jakarta: Erlangga
fkep.unand.ac.id/images/teori-teori-psikologi-perkembangan.ppt



Diah Fatimatuzzahra | 15010115140206 | Mata Kuliah Psikologi Perkembangan | 2015

  1 comment:

Categories

Follow me on Facebook

Follow me on Tumblr

Writing is the most fun you can have by yourself. - Terry Pratchett

Powered by Blogger.
'; (function() { var dsq = document.createElement('script'); dsq.type = 'text/javascript'; dsq.async = true; dsq.src = '//' + disqus_shortname + '.disqus.com/embed.js'; (document.getElementsByTagName('head')[0] || document.getElementsByTagName('body')[0]).appendChild(dsq); })();
Adsense Indonesia

About Author

Hamba Tuhan yang sedang belajar menulis.

Video of Day | Click on the link below to download the video!

Popular Posts