TEORI-TEORI PERKEMBANGAN PSIKOLOGI
TEORI-TEORI PERKEMBANGAN PSIKOLOGI
TEORI PSIKOANALITIK
Teori
Psikoanalitik menjelaskan bahwa proses perkembangan berlangsung secara tidak
disadari (unconcious) dan sangat diwarnai oleh emosi.
Berikut
adalah tokoh-tokoh yang mempelopori teori ini :
·
Sigmund
Freud (Teori Psikoseksual)
Dalam teorinya Freud mengemukakan
bahwa masalah manusia bersumber dari pengalaman-pengalaman di masa awal
kehidupan. Dimana seksual menjadi masalah terpenting bagi manusia. Menurutnya,
seiring dengan pertumbuhan anak-anak, fokus dari impuls-impuls kenikmatan dan
seksual mereka beralih dari mulut menuju anus dan bahkan hingga genital.
Akibatnya, manusia akan melalui lima tahap perkembangan psikoseksual. Yaitu meliputi; tahap oral, anal, falik, laten dan
genital.
·
Erik
Erikson (Teori Psikoseksual)
Berbeda dengan Freud, dalam
teorinya Erikson menyatakan bahwa individu berkembang menurut tahap-tahap psikososial. Menurutnya, motivasi utama
manusia bersifat sosial dan mencerminkan hasrat untuk bergabung dengan manusia
lain.
Teori ini dikelompokkannya menjadi delapan tahap perkembangan, yaitu
sebagai berikut :
Kepercayaan vs
ketidakpercayaan (trust vs mistrust)
Tahap ini terjadi dari awal anak
atau kelahirannya sampai usia 1 tahun. Erikson percaya bahwa anak-anak mengembangkan
rasa percaya atau ketidakpercayaan berdasarkan cara mereka diperlakukan. Mereka
memberi kepercayaannya kepada orang-orang yang memenuhi kebutuhan mereka. Jika
kebutuhannya terpenuhi ia akan mempercayai dunia sebagai tempat tinggalnya yang
baik dan menyenangkan. Sebaliknya, jika kebutuhannya tidak terpenuhi maka anak
akan merasa tidak percaya terhadap dunia, bahkan untuk jangka panjang.
Otonomi vs rasa malu
dan keragu-raguan (autonomy vs shame and doubt)
Tahap ini berlangsung pada akhir
masa bayi dan masa baru mulai berjalan (usia 1-3 tahun). Pada tahap ini
anak-anak mulai mengembangkan otonomi pada dirinya. Dimana anak-anak akan
otonomi jika orangtua atau pengasuhnya memberikan kebebasan untuk
mengeksplorasi rasa ingin tahu mereka, mengajukan pertanyaan bebas tanpa takut
ditegur, dan untuk dapat mengekspresikan imajinasi mereka tanpa ragu-ragu.
Namun jika orangtua mereka terang-terangan membatasi dan ketat, anak-anak akan
merasa malu dan ragu-ragu dalam mengekspresikan diri mereka secara bebas.
Sehingga mereka cenderung pasif karena tidak memiliki keberanian dan takut akan
dampaknya.
Prakarsa vs rasa
bersalah (initiative vs guilt)
Tahap ini berlangsung selama masa
prasekolah (usia 3-6 tahun). Dimana anak-anak mencoba untuk melakukan hal-hal
dengan rasa penasaran dan inisiatif. Mereka mengembangkan perilaku aktif dan
bertujuan, begitu pula rasa tanggung jawab terhadap tubuh, perilaku, dan apapun
yang dimilikinya. Terkadang mereka berhasil dan merasa baik dengan diri mereka
sendiri, tetapi ada kalanya mereka gagal atau melakukan kesalahan, yang
kemudian membuat mereka merasa bersalah.
Semangat vs rasa rendah
diri (industry vs inferiority)
Tahap ini berlangsung di masa
sekolah dasar (usia 6-12 tahun). Anak-anak pada tahap ini mengembangkan
prakarsa serta kompetensi dalam semua spektrum kehidupan mereka. Dengan penuh
semangat, mereka mengerahkan energinya untuk mengasah intelektual dan
mengembangkan imaginasinya. Disamping itu andil orang tua juga sangat penting.
Orang tua yang membekali anaknya dengan dorongan dan motivasi akan membesarkan
anak-anak yang memiliki kepribadian rajin dan tekun. Sementara anak-anak yang
putus asa dan diejek orang tua mereka karena kegagalannya, akhirnya
mengembangkan kepribadian rendah diri. Mereka merasa tidak cukup baik sebagai
individu.
Identitas vs
kebingungan identitas (identity vs identity confution)
Pada tahap kelima ini, individu
dihadapkan pada tantangan untuk mencari jati dirinya. Disamping itu ia juga
akan menentukan jalan seperti apa yang akan ditempuh serta tujuan yang
ingin dicapainya. Jika mereka dapat
menjalani kesemuanya dengan baik dan sampai pada jalur yang positif dalam
kehidupan, maka identitas positif akan diraihnya. Sebaliknya, jika tidak maka
ia akan mengalami kebingungan identitas.
Keakraban vs
keterkucilan (intimacy vs isolation)
Tahap keenam ini berlangsung pada
masa dewasa awal. Dimana individu dihadapkan pada tugas perkembangan yang
berkaitan dengan pembentukan relasi akrab dengan orang lain. Jika mereka dapat
membentuk persahabatan dan relasi yang terjalin baik dengan orang lain, maka
keakraban akan dicapai. Sebaliknya, jika tidak maka ia akan terkucilkan.
Generativitas vs
stagnasi (generativity vs stagnation)
Tahap ini berlangsung di masa
dewasa menengah. Pada masa ini individu dihadapkan pada persoalan tentang
bagaimana mereka dapat ikut andil dalam membantu dan mengarahkan generasi muda
pada kehidupan yang berguna dan lebih baik. Jika mereka mampu maka
generativitas telah diperolehnya. Sebaliknya jika mereka merasa belum bisa
melakukannya, maka perasaan stagnasilah yang diperoleh.
Integritas vs
keputusasaan (integrity vs despair)
Tahap ini berlangsung di masa
dewasa akhir. Individu pada masa ini berusaha merefleksikan kehidupannya di
masa lalu. Dengan berbagai pengalaman hidupnya yang telah mereka tempuh,
manusia lanjut usia dapat memberikan pandangan perihal kehidupan yang telah
dilaluinya. Apakah selama ini hidupnya telah dilaluinya dengan baik atau tidak.
Jika semuanya dapat dilaluinya dengan baik, maka ia akan mencapai kepuasan
(integritas). Dan sebaliknya jika tidak, maka akan memunculkan rasa
keputusasaan.
TEORI-TEORI
KOGNITIF
Teori
kognitif merupakan kebalikan dari teori psikoanalitik. Dimana proses
perkembangannya berlangsung secara sadar.
Adapun
pembagian teori ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
Teori
Perkembangan Kognitif Piaget
Dalam
teori ini dijelaskan bahwa anak-anak secara aktif membangun pemahaman mengenai
dunia dan melalui empat tahap perkembangan kognitif. Yang mana dalam melaluinya
melibatkan dua proses, yaitu organisasi dan adaptasi.
Adapun
keempat tahap perkembangan tersebut, terjabarkan sebagai berikut :
·
Tahap sensorimotor (usia
0-2 tahun)
Dalam tahap ini, bayi membangun
pemahaman mengenai dirinya dengan mengoordinasikan pengalaman-pengalaman
sensorik dengan tindakan-tindakan fisik dan motorik.
·
Tahap praoperasi (usia
2-7 tahun)
Dalam tahap ini, anak-anak mulai
melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar, melampaui hubungan
sederhana antara informasi sensorik dan tindakan fisik.
·
Tahap operasi konkret (usia
7-11 tahun)
Pada tahap ini, anak dapat bernalar
secara logis mengenai peristiwa-peristiwa konkret dan mengklasifikasikan
objek-objek kedalam bentuk-bentuk yang berbeda.
·
Tahap operasi formal (usia
11-dewasa)
Pada tahap terakhir ini, remaja bernalar
secara lebih abstrak, idealis, dan logis.
Teori Pemrosesan Informasi
Inti dari teori ini adalah proses memori dan pemikiran. Dimana lebih mengedepankan bahwa individu memanipulasi, memonitor, dan menyusun strategi terhadap informasi-informasi yang ditemuinya.
TEORI-TEORI
PERILAKU DAN KOGNITIF SOSIAL
Landasan
bagi behaviorisme pada dasarnya menyatakan bahwa kita dapat melakukan studi
ilmiah hanya terhadap aspek yang dapat diamati dan diukur secara langsung.
Berikut
adalah penjabaran dua versi pendekatan perilaku :
·
Pengkondisian Operant
Skinner
Berdasarkan
teori ini, konsekuensi dari suatu perilaku akan mengubah peluang munculnya
perilaku itu dikesempatan berikutnya.
Ia juga
beranggapan bahwa penghargaan dan hukuman yang diberikan akan memengaruhi
perkembangan seseorang. Sebagai contoh, menurut Skinner, orang yang pemalu
telah belajar menjadi malu dari pengalaman yang diterima selama
perkembangannya.
·
Teori Kognitif Sosial
Bandura
Teori ini
menyatakan bahwa perilaku, lingkungan, dan kognisi merupakan faktor-faktor
penting dalam perkembangan.
Bandura
menegaskan bahwa proses-proses kognitif memiliki kaitan penting dengan
lingkungan dan perilaku . Sebagai contoh, seorang anak yang memiliki ayah
temperamental, akan meniru perilaku ayahnya ketika ia berada di lingkungan
bermainnya.
TEORI
ETOLOGI
Etologi
menegaskan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan
evolusi, dan ditandai dengan periode kritis atau sensitif. Sedangkan etologi
sendiri adalah suatu cabang ilmu zoology yang mempelajari perilaku atau tingkah
laku hewan, mekanisme, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Etologi
muncul sebagai kontributor penting terhadap teori perkembangan manusia karen
ahli ilmu hewan Eropa, terutama Konrad Lorenz (1903-1989) lebih sering bekerja
dengan angsa Eurasia. Hasil pengamatannya mengenai seekor anak angsa yang baru
lahir menunjukkan bahwa anak angsa yang dierami induknya langsung mengikuti
induknya segera setelah menetas. Sedangkan anak angsa lain yang diletakkan
dalam inkubator melihat Lorenz ketika mereka menetas, sehingga mengikuti Lorenz
kemana-mana. Dari kejadian ini, Lorenz menyebut proses ini sebagai proses imprinting,
suatu proses belajar yang cepat dan naluriah yang melibatkan kelekatan pada
objek bergerak yang pertama kali dilihat. Dimana proses imprinting ini terjadi
pada waktu tertentu.
TEORI
EKOLOGI
Teori
ekologi Bronfenbrenner menyatakan bahwa perkembangan mencerminkan pengaruh dari
sistem lingkungan. Teori tersebut mengidentifikasikan lima sistem lingkungan
yang terjabarkan sebagai berikut :
·
Mikrosistem adalah
lingkungan tempat individu hidup. Mencakup; keluarga, teman sebaya, sekolah,
dan lingkungan sekitar. Dalam mikrosistem inilah terjadi interaksi yang paling
langsung dengan agen-agen sosial.
·
Mesosistem
terdiri
dari relasi antar mikrosistem atau koneksi diantara beberapa konteks.
Contohnya, relasi antara pengalaman keluarga dengan pengalaman sekolah.
·
Makrosistem adalah
budaya tempat individu hidup.
· Kronosistema adalah
pola peristiwa-peristiwa lingkungan dan transisi dari rangkaian kehidupan dan
keadaan-keadaan sosiohistoris.
terdiri dari relasi antar mikrosistem atau koneksi diantara beberapa konteks. Contohnya, relasi antara pengalaman keluarga dengan pengalaman sekolah.
ORIENTASI
TEORETIS EKLEKTIK
Pandangan
eklektik yaitu pandangan yang berusaha menyelidiki berbagai sistem metode,
teori, atau doktrin, yang dimaksudkan untuk memahami dan bagaimana
menerapkannya dalam situasi yang tepat.
Singkatnya,
meskipun teori-teori di atas dapat membantu memberikan pengarahan, kita perlu
hati-hati untuk tidak hanya mengandalkan satu teori saja dalam menjelaskan
perkembangan. Oleh karena itu dalam orientasi teoretis eklektik ini tidak
mengikuti hanya sebuah pendekatan teori, namun memiliki segi-segi yang dianggap
paling baik dari masing-masing teori.
Daftar
Pustaka :
Santrock,
John W. 2012. Life-Span Development. Jakarta: Erlangga
fkep.unand.ac.id/images/teori-teori-psikologi-perkembangan.ppt
Diah Fatimatuzzahra | 15010115140206 | Mata Kuliah Psikologi Perkembangan | 2015
Terimakasih banyak artikelnya berguna
ReplyDelete