123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 lasantha.wam

Writing is the most fun you can have by yourself. - Terry Pratchett

Monday, November 9, 2015

Bencana Asap dalam Sudut Pandang Al-Qur'an

'BENCANA ASAP' Dari Kaca Mata 'SURAT ASAP' (Q.S. AD-DUKHON)
Oleh Ustadzah Erika S
Hari ini ketika membaca Al-Qur'an, saya tidak sadar tenyata sedang membaca surat Ad-Dukhon (surat ke-44).
Ad-Dukhon artinya kabut/asap. Bacaan surat Ad-Dukhon membuat saya terhenti sejenak ketika mengaitkan dengan fenomena asap yang beberapa bulan ini sedang melanda negeri kita Indonesia.
Berikut beberapa hal yang tiba-tiba terlintas di pikiran saya ketika membaca 'Surat Asap' pagi ini.
PERTAMA, ternyata asap adalah salah satu bentuk siksaan dari Allah SWT. Artinya, asap adalah salah satu tentara Allah SWT yang dikirim utk memberi peringatan kepada manusia, seperti halnya air bah yang dikirim untuk menenggelamkan kaum Nuh, teriakan keras yang dikirim untuk menghancurkan kaum Tsamud, badai yang pernah dikirim untuk menghancurkan kaum Ad.
فَٱرۡتَقِبۡ يَوۡمَ تَأۡتِى ٱلسَّمَآءُ بِدُخَانٍ۬ مُّبِينٍ۬ (١٠) يَغۡشَى ٱلنَّاسَ‌ۖ هَـٰذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ۬ (١١
"MAKA TUNGGULAH HARI KETIKA LANGIT MEMBAWA KABUT ASAP YANG NYATA, YANG MELIPUTI MANUSIA. INILAH AZAB YANG PEDIH." (QS Ad-Dukhon: 10-11).
KEDUA, apakah bencana asap yang ada di negara kita ini termasuk ujian untuk menguji keimanan kita, atau siksaan untuk menghukum dosa -dosa kita? Saya rasa tidak ada manfaatnya kita selalu membela diri, menganggap ini adalah ujian karena keimanan kita. Sehingga, kita merasa baik-baik saja dan tidak ada yang salah dengan diri 'kita'. Sikap merasa suci seperti ini justru akan membawa kita kepada kubangan kesalahan.
Sebaliknya, tidak ada salahnya kita menganggap bencana asap ini adalah hukuman atas dosa-dosa kita. Mungkin hukuman karena pemimpin kita yang suka berdusta, pejabat yang tidak memegang amanat, pengusaha yang serakah, dan rakyat yang telah kehilangan karakteristik amar ma'ruf nahi mungkar.
Kita semua sudah sedemikian jauh dari ajaran agama dan nilai-nilai kemanusiaan.
Tak ada salahnya kita menganggap bencana asap ini adalah hukuman Allah SWT atas kelalaian dan kemaksiatan kita, sehingga kita tergerak untuk bertaubat, introspeksi dan mawas diri.
KETIGA, ada Doa bagus yang diajarkan Allah dalam Surat Ad-Dukhon ini. Doa tersebut diletakkan pas setelah pernyataan bahwa asap itu adalah bagian dari azab Allah SWT.
Jadi doa ini, menurut pendapat saya, baik untuk dibaca banyak-banyak ketika kita ingin terbebas dari bencana asap seperti ini.
Doa itu berbunyi:
رَّبَّنَا ٱكۡشِفۡ عَنَّا ٱلۡعَذَابَ إِنَّا مُؤۡمِنُونَ (١٢
"YA TUHAN KAMI, HILANGKANLAH DARI KAMI AZAB INI, SESUNGGUHNYA KAMI ORANG YANG BERIMAN." (QS Ad-Dukhon: 12)
Doa ini menarik setidaknya dari beberapa sisi:
- Ia diawali dengan panggilan kepada Allah SWT dengan kata "Rabb" yang berarti Dzat yang mengatur, mengendalikan dan merancang segala sesuatu. Dalam artian sempit, Allah dengan kata Rabb ini adalah Dzat yang mengatur dan mengendalikan datang dan perginya asap.
- Kata iksyif pada mulanya berarti membuka sesuatu yang tertutup. Penggunaan kata ini tentu sangat tepat karena asap memang menutupi segala sesuatu. Menutupi pandangan, menutupi pernapasan, menutupi kebebasan bergerak, dan lain-lain. Sehingga ketika kita minta dihilangkan asap itu, kita minta agar Allah membukanya dari diri kita.
- Doa ini diikuti dengan pengakuan keimanan "sesungguhnya kami orang yang beriman". Pengakuan seperti ini penting, paling tidak, untuk 'memancing' rasa kasih sayang Allah SWT. Seakan-akan kita berkata, "Ya Allah, meskipun kami ini banyak berbuat dosa, tapi kami ini tetaplah hamba-hambamu yang beriman, kami tetap mengesakan Engkau, kami tidak menyekutukan Engkau. Maka kasihanilah kami, lenyapkan azab ini dari kami, karena sesungguhnya Engkau maha belas kasih terhadap hamba hamba-Mu yg beriman." Dan setelah mengakui keimanan dengan lisan, maka selanjutnya kita mengakuinya dengan perbuatan .
- Pada beberapa ayat setelah doa itu, Allah SWT menjawab dengan mengatakan,
إِنَّا كَاشِفُواْ ٱلۡعَذَابِ قَلِيلاً‌ۚ
"SUNGGUH KAMI AKAN MENGHILANGKAN AZAB TERSEBUT AGAK SEDIKIT." (QS Ad-Dukhon : 15)
Ya, setelah doa tadi diucapkan, Allah SWT menjanjikan akan menghilangkan azab tersebut sedikit terlebih dahulu. Dihilangkan sedikit azab sedikit tersebut untuk menguji apa yang selanjutnya akan kita lakukan?!!! Kita kembali kepada Allah atau kembali kepada kemaksiatan? Jangan sampai kita mengikuti pernyataan pada bagian selanjutnya dari ayat ini, "Sungguh kamu akan kembali ingkar!".
Beberapa titik asap yang sudah berkurang di sebagian daerah jangan sampai membuat kita kembali kepada dosa-dosa. Ketika kembali ingkar,maka Allah SWT akan memberikan hukuman lain yang lebih besar seperti yang tertulis pada ayat setelahnya.
يَوۡمَ نَبۡطِشُ ٱلۡبَطۡشَةَ ٱلۡكُبۡرَىٰٓ إِنَّا مُنتَقِمُونَ (١٦
"HARI KETIKA KAMI MENGHANTAM DENGAN HANTAMAN HANG KERAS. SUNGGUH KAMI (ALLAH) MEMBALAS." (QS Ad-Dukhon : 16)
Tapi ketika kita benar-benar insaf, taubat, dan berusaha menjauhi dosa semampu kita, maka insyaAllah Allah SWT akan menghilangkan azab tersebut secara keseluruhan. Allah menjanjikan kepada kita tempat yang aman, menjanjikan pula kenikmatan surga seperti yang tersebut pada bagian-bagian akhir surat ini. Itulah nanti kemenangan yang besar!
إِنَّ ٱلۡمُتَّقِينَ فِى مَقَامٍ أَمِينٍ۬ (٥١) فِى جَنَّـٰتٍ۬ وَعُيُونٍ۬ (٥٢)... فَضۡلاً۬ مِّن رَّبِّكَ‌ۚ ذَٲلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ
"SESUNGGUHNYA ORANG YANG BERTAKWA DALAM TEMPAT YANG AMAN. DALAM TAMAN-TAMAN DAN MATA AIR-MATA AIR.......KARUNIA DARI TUHANMU. YANG
DEMIKIAN ITULAH KEMENANGAN YANG BESAR"
Wallahu a'lam.

Sunday, November 1, 2015

Tahu Diri

Kala hujan sore itu,
"Jangan LUPA DIRI ya nak! Tengoklah ke atas!!" katamu mengawali pembicaraan.
"Ke atas bu? Bukankah di ataslah tempat trpeliharanya kesombongan?"
"Berpikir luaslah nak!"
"Maksud ibu?"

"Jangan pernah lupa diri. Ketika kamu merasa dirimulah orang yg paling *berPOTENSI*, lihatlah ke ATAS. Di sana akan kau temui berjuta-juta manusia hebat yg lebih dari dirimu. Dan kau BUKAN SIAPA2!"

"Lalu?"

"Lalu jangan pula lupa diri. Tengoklah ke bawah. Ketika kamu terjebak pada keegoisan sisi *ke-MATERIalistik-an* mu, maka lekaslah sadar dan menolehlah ke BAWAH. Karna di sanalah tempat2 mereka, para anak jalanan dan gelandangan yg memimpikan kehidupan sepertimu."

"Tapi bu, bukannya aku tak ingin menoleh ke atas.. hanya saja aku takut jika pada akhirnya aku terjatuh ke dlm perasaan rendah diri yg tak terkendali." (Hening) Jelasku lagi, "Tidakkah lebih baik aku tegap lurus ke depan dan istiqomah pada jln yg ku buat sendiri? Tanpa harus menoleh ke atas ataupun ke bawah. Agar berimbang dan tak salah pengertian.
Karna aku pun ragu jika ketika aku menoleh ke bawah, aku trjebak pd kesombongan  materi yg ku miliki."
"Mengapa harus rendah diri? Bukankah manusia di ciptakan untuk berhadapan dg rintangan? Mereka adalah manusia biasa sama sepertimu. Jk mereka lebih hebat darimu, itu krn kegigihan yg mereka miliki. Apa kau tak merasa TERTANTANG??" (Hening)
Lanjutnya, "Ketahuilah nak, jiwa2 berEMPATI tak pernah terjebak pd sisi Ke-aku-annya. . Kecuali jika lisanmu berempati, dan jiwamu tidak. Maka, tanyakan pada ALAM tentang bagaimana seharusnya manusia berkaca!!"

Aku terdiam. Meresapi setiap goresan kata bermaknanya. Lalu hanyut.. hanyut ke dalam sesal mendalam pada alam tempatku berada.
Akan ketidakepedulian, juga ke-aku-an.

-dfz- 01/11/2015

Categories

Follow me on Facebook

Follow me on Tumblr

Writing is the most fun you can have by yourself. - Terry Pratchett

Powered by Blogger.
Adsense Indonesia

About Author

Hamba Tuhan yang sedang belajar menulis.

Video of Day | Click on the link below to download the video!

Popular Posts