123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 lasantha.wam

Writing is the most fun you can have by yourself. - Terry Pratchett

Monday, March 23, 2015

SELEPAS KAU PERGI @>--

                                                                               بسم الله الرحم الرحيم - اللهم صلى على محمر و اله  
                                                                         Tertanggal 22 Maret 2015, pukul 23:51
     
     Ayah, izinkan aku untuk sejenak bercerita. Aku ingin bercerita tentang petualanganku selama 4 bulan terakhir, tanpa dirimu. Aku ingin ayah tau segalanya yang telah putri kesayanganmu ini alami selepas kau tiada.
Ayah, saat ini.. ketika jemariku mengetik tombol demi tombol milik si keyboard lusuh ini sebenarnya mataku tengah berkaca-kaca. Hatiku seperti tersambar awan pekat tak berwarna. Apa kau tahu mengapa? Mengapa mataku  berkaca-kaca? Mengapa hatiku meronta-ronta? Ayah.. apa kau tahu itu?? semua ini karenamu ayah. Karna rinduku yang meronta-ronta padamu. Ku ingin kau tahu,  AKU MERINDUMU AYAH..! aku teramat merindumu. 3 bulan lamanya telah ku arungi hidup tanpa dirimu, tanpa jiwamu, tanpa kasih sayangmu, tanpa nasehat bijakmu, tanpa bara dukunganmu, tanpa amarahmu yang kau lontarkan tiap kali aku tersesat, tanpa rangkulan hangatmu ketika aku mulai menyadari sebuah kesalahan, tanpa jabatan tanganmu yang sering kali membangkitkanku ketika jiwaku berada pada keringkihan, tanpa waktu dan segalanya yang telah kau korbankan hanya untuk si gadis nakalmu yang tak tahu diri ini. Aku rindu. Sungguh ku katakan aku merindumu ayah...! Aku rindu saat-saat bersamamu.
     Apa kau tahu, AKU TERAMAT KEHILANGANMU. Aku kehilangan sosok lelaki paling berharga dalam hidupku. Sosok lelaki yang selalu menjadi pelindung dalam setiap nafasku, sosok lelaki yang tiada pernah mengecewakanku, dan sosok, sosok yang... ahh sampai kapanpun tiada yang bisa menggantikanmu. Kini aku tersadar, bahwa tiada yang dapat menandingi kasih sayangmu, tiada perhatian yang lebih tulus dr perhatianmu, dan tiada pengorbanan yang lebih agung dan mulia selain pengorbananmu ayah.
     Sehari, dua hari, tiga hari, dan bahkan sampai detik ini keluarga kecilmu ini masih tertatih karna rindu kami yang tak berujung padamu. Terlebih ketika aku tak sengaja menyaksikan ibu sedang menangis tersedu karna tak terbiasa hidup tanpamu, ketika si adik bungsu berpolah super nakal hingga membuat ibu kewalahan menghadapinya, sementara ku tahu kenakalannya itu hanyalah luapan dari rasa kesalnya karna kehilanganmu di usianya yang masih sangat balita. Ohh.. seandainya engkau ada di tengah-tengah kami ayah.. mungkin keluarga kecil ini tak akan sehampa ini.
     Tapi aku tak akan mengulasnya di sini. Aku tak ingin memamerkan kerapuhanku di hadapanmu ayah.. Aku tak ingin menceritakan hal-hal yang akan membuatmu semakin khawatir karna telah meninggalkan kami. Karna Tuhan yang telah memanggilmu, dan aku yakin sekarang kau sudah bersahaja di surgaNya dan terbebas dari rasa sakit yang kau derita selama hidup di dunia fana ini.  Sekarang dengan jiwa yang tak lagi cengeng putri pertamamu ini akan bercerita, bahwa selepas kau pergi ada berjuta makna yang telah ku peroleh sehingga bisa menjadikanku sekuat baja seperti saat ini. Ketahuilah ayah, putrimu yang tak tahu diri ini bukanlah putri manja yang kau kenal dulu. Aku telah berubah ayah. Aku tak lagi sama seperti dulu. Aku bersyukur karna di balik kepedihan ini Tuhan mengajariku banyak hal.

       Sekarang aku mengerti apa makna dari sebuah KEIKHLASAN. Aku telah merasakan betapa pahitnya tersiksa karna kehilangan orang tersayang. Dan keikhlasanlah obat terampuh dari pahitnya rasa sakit. Ya, hanya satu, IKHLAS. Ikhlas merelakan kepergian orang tersayang, ikhlas menerima kenyataan menyakitkan, ikhlas mencicipi bumbu tak sedap dalam kehidupan, dan tentunya ketika kita telah mengenal tentang hakikat sebuah keikhlasan kita akan terbebas dari segala bentuk kekecewaan dan rasa ketidakpuasan.

        Lalu aku pun memahami betapa nikmatnya BERSYUKUR ketika kecewa. Betapa berharganya waktu yang telah ku buang sia-sia, betapa berharganya kebersamaan yang telah lalai ku jaga, betapa banyaknya kenikmatan-kenikmatan yang membanjiri hidupku tapi tak sempat ku syukuri, dan setelah setitik kenikmatan saja Ia hilangkan dari hidupku, aku baru menyadari betapa berharganya ia. Di situlah Tuhan mengujiku, Ia ingin tahu seberapa kecewanya aku karna kehilanganmu ayah.., seberapa marahnya aku menghadapi takdir pahitNya, dan dapatkah aku bersyukur dan mengambil bermilyaran hikmah di dalamnya??? Ya, sang waktu telah mengajariku tentang BETAPA PENTINGNYA BERSYUKUR sebagai penawar rasa kecewa. Dan dengan setulus-tulusnya hati, ‘Kini aku bersyukur padaMu Tuhan, karna kau telah menguatkanku melalui berbagai ujian yang telah kau berikan.’

Karna pada akhirnya, manusia akan bersyukur tiada henti atas kegagalan/kekecewaan yang pernah ia alami. Kapan? Ketika badai dahsyat melanda, dan ia masih tegap berdiri. ;)

        Kemudian aku semakin terkagum dan tercengang, setelah menyadari betapa dahsyatnya KASIH SAYANG seorang IBU. Betapa hebatnya ia, betapa berharganya ia, dan betapa tulusnya kasih sayangnya. Kini aku merasakan kehebatan kasih sayangnya, jauh berlipat-lipat ganda lebih besar setelah kepergianmu ayah.. ya, mungkin aku baru menyadarinya karna dulu masih ada dirimu sebagai tumpuan keduaku. Kau harus tau ayah.. sungguh, istrimu itu teramat luar biasa. Luar biasa ketangguhannya, luar biasa ketabahannya, dan luar biasa kepandaiannya dalam memimpin keluarga kecil ini tanpa dirimu. Jadi tak usah cemas, karna kau telah menitipkan kedua putrimu ini dengan seorang wanita yang tepat dan sangat luar biasa hebatnya.
     Aku terharu ayah, aku terharu tiap kali aku mengenang jerih payah istrimu itu. Padahal aku tahu bahwa di dalam jiwanya masih ada luka yang menganga karna kepergianmu. Tapi ia tak pernah memperlihatkannya kepada kedua putrinya. Ia menyimpan keluh kesahnya rapat-rapat ayah. Ia tak mau membagi kesakitannya padaku, juga pada putri bungsumu. Ia terlihat sangat tegar di hadapan orang-orang yang berlalu lalang, tapi aku tahu persis bahwa batinnya masih merintih kesakitan. Hmm.. mungkin dengan cara itulah ia mengajari kami untuk menjadi wanita tangguh dan penyabar.
Aku tak tahu ayah, bagaimana diriku harus membalut luka bersama dengan ibu. Yang ku lalukan hanyalah mendekapnya erat-erat dan mengatakan, “Aku menyayangimu ibu! Kesedihanmu adalah kesedihanku pula, maka berbahagialah.. maka kedua putrimu juga akan bahagia.” Hanya kata-kata itu yang kerap kali ku lontarkan pada ibu, karna aku tak sanggup lagi menahan air mataku ketika aku harus melontarkan satu kalimat lagi.. rasa-rasanya lidahku kelu dan bibirku membisu. Maafkan aku ayah.. karna aku masih terlalu cengeng!! Maka sudilah bertamu ke dalam mimpiku, agar kita dapat berbincang-bincang bersama, dan ku mohon ajari aku bagaimana cara untuk menjadi seorang anak yang berbakti.
     Tak hanya itu ayah, sebenarnya banyak sekali pelajaran berharga lainnya yang telah ku petik dari kejadian ini. Hanya saja, ku rasa untuk saat ini cukup sepucuk kisah singkat ini yang ingin ku ceritakan padamu. Karna ku yakin, di alam sana engkau pasti selalu memantauku dan mengetahui segala perubahan yang ada padaku. Walau tak seberapa, walau masih belum bisa menjadi putri kebanggaanmu, tapi ku yakin di alam sana engkau pasti tersenyum melihatku bisa mengusap air mata kepiluan dengan tanganku sendiri. Maafkan aku ayah.. Bersabarlah, aku berjanji bahwa aku akan berjuang untuk ayah, untuk ibu juga untuk putri bungsumu. Setidaknya, aku akan terus berusaha entah dengan cara yang bagaimana agar di hadapan Tuhan engkau tidak malu mengakuiku sebagai putrimu. Dan ku mohon, sampaikan pada Tuhan agar Ia senantiasa membimbing kami pada kemuliaan. Menopang kami agar selalu tegar dan penyabar, hingga kelak kami akan menjadi seperti yang engkau harapkan, dan pada akhirnya kami akan berkumpul menjadi satu keluarga kembali dengan seizin Tuhan. Cukup sekian ayah. 

-Thanks for every moments we spent together :) I'll be Missing U Until the End of Time-


Salam rindu dariku,

Putri kesayanganmu.



_______________________________________________________________________________

Assalamualaikum wr wb.
Hallo visitors :)) Terimakasih sudah bersedia meluangkan waktunya untuk mampir di blog tak penting ini. Semoga  mendapatkan 'sesuatu' yg dapat dijadikan ibroh yes ;)

Sebelumnya saya ucapkan syukron katsir,---Mohon utk siapapun yg membaca postingan tak bermakna ini --baik sahabat Pena Fathimah maupun visitors yg gak sengaja mampir (hehe).. saya meminta keikhlasan Anda untuk membacakan Surah Al-Fathihah untuk ayah saya (Bp. AMINUR RACHMAN bin ASHADI). Semoga beliau selalu dalam naungan kasihNya. Ilahi Amin.

-Jazakumullahu khairon katsiron- 
:))

Saturday, March 14, 2015

Biarkan Sang Intuisi Berbicara

Ketika kamu merindukan seseorang, apa yang akan kamu lakukan??
Bergegas menemuinyakah? mencurahkan perasaan itu padanya? atau bahkan memaksa dia untuk merasakan hal yang sama sepertimu?
Apakah PANTAS ?? seorang perindu mengemis rindu pada yang di rindukannya..?
Lalu bagaimana cara meluapkannya?? tanpa kau harus bersuara, tapi ia bisa mendengar. Tanpa kau harus memaksanya, tapi ia bisa merasakan. Tanpa harus kau jatuhkan imagemu di hadapannya dengan mengatakan "Aku teramat merindukanmu." Tapi dia bisa mengerti.

Tidakkah kamu percaya dengan kekuatan 'Intuisi' dan 'Telepati' ?? Sebenarnya semua pikiran manusia itu terhubung satu sama lain. Dan semua pikiran manusia mempunyai kemampuan untuk menangkap Vibrasi kekuatan pikiran orang lain (INTUISI). Dan pikiran kita juga mempunyai kemampuan untuk menyebarkan kekuatan vibrasi kepada orang lain (TELEPATI). Hanya saja kita tidak cukup pandai untuk memainkannya. Entah karna kurang percaya dan menganggap suara hati hanyalah suatu ilusi belaka, atau karna kita tidak mempedulikannya. Sejatinya kedua kemampuan menakjubkan ini memang benar adanya.

Sebenarnya cukup sederhana, untuk meluapkan perasaan kita kepada seseorang entah siapapun dia. Perasaan rindukah, cintakah, atau benci sekalipun.

Apa kau pernah merindukan seseorang tetapi kamu malu mengatakannya??
itulah problematika anak muda yang teramat populer bukan?
Lalu bagaimana mengatasinya??
Wahai kaum muda yang beradab, tak perlu kau cemas, persoalan ini sebenarnya sangatlah sederhana. Yang perlu kau lakukan hanyalah MENGADUKAN SELURUHNYA PADA TUHAN. Adukan seluruh perasaanmu, luapkan seluruh rindumu, adukan ia dihadapanNya, sebut namanya pada munajat tulusmu, katakan sekencang-kencangnya bahwa "Aku merindukanNya Tuhan...!! sampaikan salamku untuknya..!!" ungkapkan hal itu SETULUS-TULUSNYA. Di hadapan Tuhan, CUKUP DI HADAPAN TUHAN. Dan percaya dan Yakinlah bahwa dia mengetahui dan merasakan apa yang kamu rasakan.

Percaya atau tidak, kekuatan telepati yang telah kau bangun dengan setulus hati itu pasti akan sampai. Dan ia akan menanggapimu melalui kekuatan intuisi yang ia rasakan. Karna kedua kekuatan itu tak mungkin berkhianat dan juga tak mungkin salah alamat =D. Selama kau YAKIN.

Karna sesuatu yang di sampaikan dari hati, pasti akan sampai ke hati.

AYO, MAINKAN INTUISI&TELEPATI DALAM DIRIMU !! ;)

Friday, March 13, 2015

HUJAN DI PENGHUJUNG RINDU || Short Story

                                                                              بسم الله الرحم الرحيم - اللهم صلى على محمر و اله  

Kala itu sinar mentari meyapaku dari kejauhan. Ia mengisyaratkanku bahwa sinarnya telah tiba di penghujung siang. Orang-orang terlihat sempoyongan kesana kemari karna sengatan sinarnya. Sementara aku masihlah terdiam menggigil di sudut kamar flamboyan no 1 RSU Kartini.
“Ahh kalo bukan karna ayah yang minta, udah gue matiin nih AC!!” gumamku dalam hati.
Hening.
“Ayah, besok Fathimah balik Jogja ya..!” kataku memecah keheningan.
“Besok? lusa aja gimana?”
“Aduh nggak bisa ayah, Fathimah banyak tugas yang harus diselesaikan. Pokoknya Fathimah balik besok!  TITIK!!”

***

Mentari sudah terlihat lelah. Sinarnya tak lagi benderang. Dan akhirnya ia pun tak lagi terlihat. Ya, nampaknya ia bersembunyi di balik rembulan sabit nan cantik.
“Yee.. besok aku balik jogja loh.. ehh ini malam terakhir  dong..!” Celetusku pada penghuni Flamboyan n0.1
“Ehh apa sih terakhir, ellu mao kemane dek?? Kayak mau pergi lama aja haha..”
Kami pun tertawa terbahak-bahak.
“Enak ya, kumpul bareng-bareng begini! Bareng-bareng keluarga besar.. yahh sayang, momennya nggak tepat :( cepet sembuh ya ayahh..!”
Malam itu begitu hangat. Hangat sekali, berada di tengah-tengah keluarga besar yang begitu perhatian. Tapi, entah mengapa kehangatan itu perlahan ciptakan luka. Aku tak tahu apa. Hanya saja kala itu aku merasa seperti tersayat-sayat puluhan belati. Seketika itu aku pun menangis tersedu-sedu.  Ya Tuhan... aku tak kuasa menyaksikan ayah terbaring tak berdaya.. sungguh.. aku tak ingin pergi!! :’)
---
“Ayah, mama, Fathimah pamit ya.. ayah cepat sebuh!!”
Kecupan hangat dari kedua malaikatku itu mengiringi kepergianku.

***
OMG HELLOOOOO!!!!!!!!!!! LELAH adek bang-__-
“Baru semester awal aja udah kayak gini, gimana nanti kedepannya???” gerutuku pada teman sebelahku.
Inilah lika-liku kehidupan mahasiswa. Hanya berkecimpun di satu dunia ‘perkuliahan’, tetapi sangat melelahkan.  
“Ciyee yang baru pulang kampung, inget yaa besok DEADLINE Lap. Kimia:p” Jelas Sinta meledek.
“ASTAGAA!!!! GUE KELUPAAN!!! :[ KOPI.. KOPI.. MANA KOPI??”
Dan malam rabu itupun menjadi malam sadis mendebarkan. Bagaimana tidak? DEADLINE laporan yang maha penting itu belum sama sekali ku sentuh. Mau tak mau aku harus merelakan waktu tidurku untukmu LAPORAN KESAYANGAN>.<  Perlahan tapi pasti  dendrit-dendrit dalam otak pun bekerja.  Sementara itu, jemariku dengan lincahnya ciptakan goresan berbentuk segrombolan angka yang nantinya akan menjadi sebuah hasil dari ‘analisis data’. Kemudian, dari analisis data tersebut, terciptalah beberapa lembar pembahasan. Tentu saja, itu memerlukan pemikiran yang panjang. Yaa cukup melelahkan memang. Beberapa kali kantuk melanda, tetapi secepat kilat ku tepis dengan secangkir kopi hangat yang ku buat dengan penuh cinta. Haha:p
Dan pada akhirnya sebuah laporan bertuliskan tangan dengan tebal 15 lembar kertas folio itu siap untuk di kumpulkan.
“Oh My God!! Akhirnya beban mendebarkan itu telah terselesaikan. Ohhh leganyaaa I-O Sekarang tinggal buat skema kerja dan belajar untuk pretest besok-_-“
Ku lirik jam arloji di sebelahku. Dan alangkah terkejutnya ternyata jarum pendek sudah menunjukkan pukul 03.00 pagi. Haha aku tertawa geli, mungkin karna terlalu asiknya menikmati kebersamaanku dengan laporan kesayangan:p sampai-sampai lupa waktu-__- 
Aku tertidur beberapa saat. Sampai pada akhirnya bunyi alarm membangunkanku. Seusai sholat subuh, aku segera membuka buku untuk persiapan pretest nanti. Kata demi kata ku olah dalam memori, sampai aku tak sadar  jam sudah menunjukkan pukul 06:10. Lalu aku pun segera bangkit dari ranjang dan bersiap-siap ke kampus. Tapi tiba-tiba ada yang menyusik fikirku. Lalu dengan sigap ku ambil handphone dan ku lihat agenda hari ini. Dan ternyata..
“Ya Tuhan...!!! aku salah lihat schedule. Hari ini kan praktikum pengolahan limbah, bukan pembuatan baterai  dari buah!! =;( Ahhh bodohh!!!!!!!!”
Dengan sigap ku keluarkan semua isi dalam tas dan mulai membuat skema baru. Waktu yang ku punya hanya 30 menit. Dan aku harus secepat kilat membuat skema  4 judul itu.
“Ahhhh cepatcepatcepatt!!! gue harus nyampe kampus sebelum jam 7-_- mana belajar pretestnya juga salah lagi!! Ahh gak ngurus dahh pretest dapet berapa nanti, yang penting gue bisa masuk lab. Dan ikut praktikum.” Gumamku dalam hati.

Beberapa menit berlalu. Dan akhirnya tepat pukul 07:00 4 lembar skema kerja itu selesai juga. Huhhhh-_- Secepat kilat aku berlari menuju parkiran motor. Lalu ku kendarai dengan kecepatan jauh di atas normal. Hahahh dan dalam waktu 4 menit, aku pun sampai  di parkiran FMIPA. Tanpa fikir panjang aku berlari terbirit-birit menuju Laboratorium Kimia. Sesampainya disana, O’oo :o
“Eitss mau kemana lo?” cegah Andi, teman sekelasku.
“Lahh?? Ya masuklah!! Nah lo ngapain di luar?” tanyaku heran.
Seketika ia pun tertawa dan berkata, “Woyy liat tuh jam di tangan lo!! Gua yang telat 3menit aja nggak boleh masuk, apa lagi ellu!!”
“JADI ??? beneran nih nggak boleh masuk?? Ahh bodo gue mau maksa masuk!!” Jawabku kesal.
“Ehh udah nggak bakalan boleh, mending sekarang kita temuin Pak Rudi minta surat keterangan buat ikut inhall..!” sergah Andi.
“YAELLAHHH-_- malang banget deh ah nasib gue! Dari kemaren cobaan adaa aje :I jadi fix nih, 100ribu melayang ?? CUMA gara2 telat 5 menit?!!”
“Hahh apaan 100ribu?? Bayar inhall bukannya 30ribu doang ya?”
“Ettdahhh nih orang! 30ribu, lu pikir fisika? Ya 100ribu lahh!!”
“ALAMAKK bisa kere mendadak nih gua ..”

Beberapa menit kemudian,  sampailah kami di depan kantor Rektorat.
“Fathimah, liat deh.. panjang banget antriannya!!”
“Ya Tuhan... ya udahlah sabar aja. Ehh tapi bukannya kalo mau bayar inhall itu langsung masuk banknya ya?? Nggak usah ngantri gini kali..!”
“Ehh kata sapa? Sok tau lo! Temen gua pernah kok, dia juga ngantri kayak gini.”
---
Dan akhirnya setelah 30menit mengantri, aku pun berada di antrian awal.
“Ibu, saya mau membayar inhall praktikum kimia dasar. Atas nama Fathimah dari prodi ilmu kimia.”
“Oh maaf dek, Loket ini hanya melayani pembayaran untuk prodi Farmasi. Sedangkan pembayaran prodi kimia ada di sebelah kanan.”
WALLAHIIIIII =;(
“ANDIIII!!! SALAH LOKET!! :I”
“Hahahahaahahahaha GUA JUGA! =;(“

Dengan raga yang sudah mulai lesu, kami berjalan gontai menuju loket sebelah dan berdiri pada antrian paling akhir. 20 menit kami menunggu, dan hasilnya..
“SALAH LOKET AGAIN!!*boxing*”
“Astaga Fathimah.. ternyata bener, bayarnya di banknya langsung! Nggak usah ngantri-ngantri loket HEHE”
“HHMMMMMMMMM :I YAUDAH gue cabut ke kost dulu!! Dehidrasi berat*sick*!!, nitip ini minta tolong bayarin sekalian ke bank ya!!”
“EHH gua anterin ya...?”
“KAGAK USAH*run*”
*INNALLAHAMA’ASHOBIRIN*
Entahlah, apa yang terjadi pada ku hari ini. Berbagai rintangan menghadangku dengan semena-mena. Yaa mungkin ini tak seberapa, namun itu cukup membuatku hampir kehilangan daya. Haha:( Ya Tuhan.. ampuni daku atas kecerobohan picikku, yang karnanya hampir menjadikanku kehilangan kendali. Mohon ingatkanku slalu, bahwa KASIHMU SENANTIASA MENYERTAI ORANG-ORANG YANG SABAR :’)

***

“Iya ayah.. maaf telponnya di matiin. Lagi ada kelas.” (short message service)
Minggu ini jadual kuliah begitu padat merayat. Sampai-sampai untuk sekedar mengangkat telepon dari orang rumah pun tak sempat. Ya, mau gimana lagi? Aku harus tetap konsekuen dengan kewajibanku sebagai mahasiswa.
Terkadang aku merasa lelah.. lelah sekali dengan keadaan seperti ini. Hahh ‘Jauh dari orang tua’ SUDAH BIASA :D. Bukan itu masalahnya. Hanya saja aku merasa belum cukup pintar untuk memanage waktu. Memprioritaskan suatu  kewajiban, tanpa harus mengorbankan  kewajiban penting lainnya. Itu SULIT. Hahahh tapi aku tak mempersoalkannya. Karna  ku rasa semua orang pun pasti pernah mengalami hal serupa, atau bahkan lebih. Yakin saja, suatu saat ketertatihan itu lah yang akan menggiring manusia menuju kesuksesan. 
“NOTHING IS DIFFICULT, AND NOTHING IS NOT EASY. JIKA KAMU *MAU*”
Itulah nasehat ayah yang selalu terngiang-ngiang di benakku. Yaa memang tidak ada yang susah jika kita mau, MAU merubahnya menjadi nyata J.
“Fathimah.....!!! WOYYWOYYWOYYY bengong aja!! Besok kita presentasi, abis gini kita ke perpus ya bahas makalah..”  teriak Sinta menyadarkanku.
“Hahh?? HMMM iya..ya..-_-“
“Kenapa kau ni?”
“Haha gpp. Its oke wae:p”
Seharian itu kami pun berkecimpung di perpus.  Seolah tak mengenal waktu, dengan seriusnya ku jelajahi buku satu per satu.
“Kita harus bergerak cepat! Hari ini harus kelar semuanya..! semangat2J  kataku membangkitkan gairah.
Hari itu sang waktu terlihat sangat kejam. Gerakan jarum pendeknya yang begitu cepat membuatku gusar.  Aku tak faham betul, apa karna mataku yang terlalu rabun sehingga tidak bisa membedakan jarum panjang dan pendek:D ataukah memang aku nya yang linglung :/  however.. what the hell for today, yang penting tugas kelar haha.
Dan tahukah kamu apa yang terjadi setelahnya?
“WOOO Handphone gue kemana??????? BB gue???DASAR CEROBAH!!!” -___-
*Pelajaran saya hari ini, Kelinglungan menghadirkan KEAPESAN-_-* (MEMO)

***

Dering HandPhone berbunyi.
“Wa’alaikumsalam ayah.. hehe ayah, Fathimah mau bilang sesuatu.. tapi jangan dimarahin yaa*peace*”
“Kenapa nak??”
“Hehehe BB Fathimah ilang yah.. udah dicari keliling nggak ketemuL gpp ya yah..”
“HMMM.. itu peringatan dari Tuhan!”
“Maksud ayah?”
“Kan kamu kalo udah pegang BB kayak orang autis!:p”
“AYAAAHHHHHHHHH :I”

---
Beberapa hari berlalu, dan di hari-hari itu pula beberapa kejadian mengesalkan telah ku lalui. Ah tak mengapa, mungkin Tuhan sedang menunjukkanku apa itu bumbu kehidupan.
“Eh Fathimah.. apa kabar kamu? Aku denger kemarin lusa kamu abis nabrak beberapa motor di parkiran? kamu gak kemana-napa kan?”
“Hahaha gpp kok tenang aja.. alhamdulillah semuanya udah clearJ
“Tapi ku perhatiin sekarang kamu lebih suka menyendiri, murung gitu.. kenapa?”
“Ah masa sih?? Itu perasaanmu aja. Yaa memang agak gak enak dikitlah ini hati.. kemarin ayahku masuk rumah sakit lagi. Pengen banget pulang rasanya, tapi.. ya sudahlah mau gimana lagi haha..”
“Masyaallah.. yang sabar ya fathimah, abis acara pesantrenisasi ini kamu izin pulang aja.. insyaallah boleh kokJ

Tentu kamu tahu bagaimana rasanya menjadi aku. Hidup sebagai seorang anak perantauan yang jauh dari belaian lembut sesosok ibu. Bertahan di tengah kesibukan yang menderu tanpa bisikan hangat sosok penyemangat seperti ayah. Jika bukan demi sebongkah asa, jika bukan demi seberkas pelangi di masa depan duhai kawan, mungkin aku takkan bertahan. Lalu rindu itu semakin meronta-ronta manakala ku dengar suara sesosok wanita tersayangku di seberang sana sedang menangis tersedu dan berbisik,
“Kamu pulang ya sayang, ayah rindu sekali padamu. Kamu harus pulang sekarang! Sakit yang ia derita tak seperti biasanya.. mungkin dengan kedatanganmu kesini..berada di sisinya, ia bisa cepat pulih dari sakitnya..!”
Dan bagaimana perasaanmu duhai kawan?  Bagaimana ?? bagaimana bila ibumu berkata demikian..? apakah sakit? Ataukah perih?? Ahh kau pasti bisa merasakannya.
Dengan air mata yang terus mengucur deras akupun berkata, “MAAF MAMA, aku tidak bisa!! Tidak sekarang! Mungkin nanti.. nanti setelah semua urusanku selesai. Katakan pada ayah, bahwa aku akan selalu datang.. jiwaku akan selalu datang melalui munajat panjangku memohon kesembuhan untuknya=’(..“

27, 28, 29 November 2014. Tiga hari sudah aku menjalani kegiatan kampus yang mewajibkanku untuk tinggal di asrama. Di hari-hari itu kamipun dituntut untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang cukup menguras energi dan fikiran. Walaupun begitu aku tak merasa kesal. Ku nikmati semuanya dengan penuh semangat. “Hmm jd anak asrama again... SUDAH BIASA B-)” Kataku membangkitkan semangat. Pagi itu aku mengikuti kajian keasramaan. Akan tetapi di tengah-tengah kajian konsentrasiku mulai buyar. Rupanya sang waktu ingin mengingatkanku pada kisah pilu beberapa hari lalu. Kala itu kakak sepupuku bercerita kepadaku. Katanya,
Malam itu begitu sunyi. Angin begitu besar, begitu pula petir dan hujan yang terus mengguyur membuat suasana semakin mencekam. Sementara itu, rumah teramat sepi. Hanya ada ibu, ayah, dan adik kecilmu yg sudah tertidur pulas. Ibumu meratap penuh kegundahan. Ia menyaksikan ayahmu beberapa kali mengeluh kesakitan. Ia menangis, ayahmu pun menangis. Kaki ayahmu yang begitu kaku sulit sekali untuk di gerakkan. Ya, ia menderita radang sendi sayang..  kata ibumu, “Beberapa kali aku hendak memapahnya untuk ke kamar mandi, tetapi ia selalu terjatuh. Sampai akhirnya tak ada cara lain, ku dudukkan ia di atas kursi berat yang terbuat dari kayu jati, lalu ku dorong ia sekuat tenaga menuju kamar mandi yang terletak di penghujung ruang rumahku. Obat yang diminumnya bereaksi sangat cepat. Sehingga mengharuskanku untuk melakukan hal yang sama berulang-ulang kali. Ya.. memapahnya, mendudukannya di atas kursi, lalu mendorongnya sekuat tenaga dengan kursi berat itu. Ahh sampai-sampai aku berhayal, andai anakku Fathimah ada disini.. mungkin tak seberat ini.” Begitulah cerita ibumu beberapa waktu lalu, tapi jangan cemas.. sekarang keadaannya sudah membaik. Doakan selalu dan tetaplah semangat..! ;)

Mengingatnya, membuatku harus menengadah agar air di sudut mataku tak jatuh berderai. Nafasku sesak, fikirku buntu. Rasa-rasanya rinduku telah berujung, tak tertahan lagi.. dan ingin segera ku luapkan. Tetapi, lagi-lagi kepadatan mengatakan, “Bersabarlah sayang, karna sang waktu TIDAK MENGIZINKAN !!” -_____-

***

Tepat pukul 5 pagi dering handphone berbunyi. Dengan mata yang sembab dan luka yang masih menganga, ku lirik handphone dan ternyata sms dari mama tercinta.
Salam. Fathimah, kamu pulang pagi ini ya nak. Sekarang kemasi barang-barangmu, pagi ini juga kamu harus pulang. Tolong, turuti apa kata mama.
Tanpa fikir panjang, akupun berlari menuju kantor asrama. Di sana ku jelaskan semua persoalan yang ada pada pihak asrama. “Ku mohon, izinkan saya pulang pagi ini dan mengikuti test final examination susulan. Ayah koma, dan saya harus pulang!!” pintaku pilu.
“Maaf dek, kamu hanya memiliki 2 pilihan. Tetap disini, menunggu sampai pelaksanaan test selesai (pukul 15:00) atau kamu tetap pulang pagi ini dan harus *mengulang* 4hari masa kepesantrenan setelah kamu kembali. Karna tidak ada test susulan dek. Tunggulah beberapa jam lagi.”
Aku terduduk tak berdaya. Fikirku buntu. Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan. Tetap pulang, atau menunggu untuk beberapa waktu? Seorang kakak memelukku dengan erat. Ia berusaha menenangkanku, lalu berbisik agar aku segera menelepon mamaku. Terjadilah perbincangan singkat via telepon. Dan seusai itu aku sedikit lega, syukurlah mama mengizinkanku untuk menunggu sampai pelaksanaan test selesai, karna keadaan ayah sudah mulai membaik. Lalu aku pun segera beranjak dari kantor asrama dan bersiap-siap mengikuti kajian keasramaan pukul 08:00 nanti.
2 jam berlalu. Kini aku sudah berada di ruang kelas menyimak materi yang di sampaikan oleh bapak dosen yang terhormat. Namun, beberapa saat kemudian dering handphone berbunyi lagi. Seketika ia membuatku terkejut. Akupun berlari meninggalkan ruang kelas dan segera mengangkatnya. Ku dengar suara seseorang di seberang sana. Parau dan terdengar asing. Bukan mama,  bukan pula ayah. “Fathimah.. k..kamu pulang sekarang ya dek..! s..sekarang!!” Ya Tuhan... air di sudut mataku sudah tak dapat ku tahan lagi. Ia berlinang, terus berlinang. Dengan terisak akupun menjawab, “Iya mbak, aku pulang. Mama mana? Aku mau bicara!!” Ku dengar suara rintihan seseorang di seberang sana semakin kuat, ia mencoba tenang dan berkata, “Mama.. mamamu sedang berbincang-bincang dengan ayahmu. Sudah.. pulanglah sekarang!!”
AYAAAAHHHHHHHHH=’( =’( =’( Sungguh... denyut di nadiku seakan berhenti. Segala fikiran negatif berkecamuk dalam memori. Ahh aku tak tahu pertanda apakah ini?? Ahh tapi ku tahu. Aku bisa merasakan kenyataan pahit itu. Tapi sekuat hati aku menolak. TIDAK!! Itu tak mungkin terjadi=’(
Dengan air mata yang terus bercucuran ku berlari menaiki beberapa tangga menuju kamar asrama. Beberapa kali aku terjatuh. Lalu bangkit lagi. Terjatuh lagi, bangkit lagi, dan terjatuh lagi. Sampai pada akhirnya langkahku terhenti, dan aku tersadar.. aku berada pada lantai teratas asrama. Ya Tuhan... lantai 3 terlewatkanX_X aku pun bergegas menuruni beberapa anak tangga lagi menuju lantai 3. Dug. Langkahku terhenti, tepat di depan pintu kamar 202. Sesaat aku tersenyum kecil, pandanganku tertuju pada 2 burung merpati berwarna putih yang tiba-tiba hinggap di jendela kamar itu. Sayapnya sungguh elok, damai menyentuh kalbu. Duhai merpati.. kemarilah, temani langkahku.

 1 jam berlalu. Kini aku sudah duduk di bangku no. 11 Travel Jogjes tujuan Jogja-Semarang. Sepanjang jalan aku hanya terdiam membisu.  Ku pejamkan mataku agar mereka mengira aku baik-baik saja.  Aku tak mau seorangpun mengganggu. Bahkan, handphone yang sedari tadi berderingpun tidak ku toleh. Padahal sebelumnya sudah ku katakan melalui short message service bahwa aku enggan menerima telepon dari siapapun. Aku meminta mereka agar tetap diam dan tidak mengusikku. Tapi mereka tetap keras kepala. Tak henti-hentinya orang rumah menderingkan handphoneku. Ahh apa mereka tak mengerti perasaanku? AKU TAK INGIN DI GANGGU!! Teriakku dalam hati. Saking kesalnya, akhirnya aku mengirim sebuah short message service.
“SUDAH DIAM SAJA!! SUDAH KU BILANG, AKU TAK INGIN MENGANGKAT TELEPON DARI SIAPAPUN! AKU TAK INGIN MENDENGAR BERITA APAPUN! DIAM SAJA. AKU HANYA SEORANG DIRI DI TRAVEL INI. APA KALIAN MAU AKU PINGSAN KONYOL DI SINI??”
Beberapa menit kemudian pesan itu di balas.
“Tenang Fathimah. Aku tak ingin memberitahu kabar apapun. Aku hanya ingin memberitahumu tempat di mana om akan menjemputmu. Kau ku tunggu di depan Plaza Semarang. Berhentilah di situ.”
Astagfirullah, ternyata aku salah sangka. Maafkan aku, aku hanya tak ingin siapapun mengatakan sesuatu yang akan membuat lukaku semakin menganga. Lalu ku matikan handphone, ku pejamkan mata, dan mencoba tenang. Dalam ketenangan itu memoriku mengembara jauh menyusuri tiap-tiap kenangan usang yang pernah ku rajut bersama keluarga tersayang. Lalu ia berhenti pada satu kenangan di masa lalu. Sebuah kenangan mengharukan yang ku rajut bersama sahabat SMAku. Kala itu pelajaran sedang kosong. Kamipun bercandaria dan bercerita tentang peristiwa-peristiwa konyol yang kerapkali kita alami. Di tengah-tengah keramaian itu salah satu temanku menghentikan keramaian itu. Katanya, “Silent please, dengerin deh.. ini ada kata-kata tentang ayah sumpah ajib banget!! Dengerin perlahan, resapi, dan hayati!”

DI BALIK SIKAP KERAS AYAH
(Unknown)

Ketika anda masih kecil, ibulah yang lebih sering mendongeng untuk anda. Tapi tahukah anda bahwa sepulang bekerja , dengan wajah lelah, yang pertama kali di tanyakan kepada ibu adalah ‘kabar anda’ dan apa yang anda lakukan seharian?
Ketika anda belajar naik sepeda di masa kanak-kanak, ayah akan melepaskan roda bantu di sepeda anda, dan ibu khawatir jika anda terjatuh. Tapi tahukah anda, bahwa itu ayah lakukan karna dia yakin ‘anak kesayangannya pasti bisa melakukannya’?
Ketika anda merengek minta mainan baru, ibu menatap anda dengan iba, tapi ayah berkata dengan tegas, “TidakSekarang!” Tapi tahukah anda, bahwa hal  itu ‘mendidik anda’ menjadi anak yang tidak manja lantaran tidak semua keinginan anda terpenuhi dengan segera?
Ketika anda sakit pilek, ibu merawat dan memberikan perhatian ekstra pada anda, tapi ayah justru membentak, “Sudah di bilang jangan minum es!” Tapi tahukah anda, bahwa sebenarnya ‘ayah sangat mengkhawatirkan anda’?
Ketika anda beranjak remaja dan menuntut untuk dapat izin keluar malam, ayah akan sering membentak dan melarang. Tahukah anda bahwa ayah melakukan itu karna ‘ia sangat ingin menjaga anda’?
Ketika anda mulai berlama-lama menelepon atau menerima telepon dari seseorang, ayah akan berada di sekitar anda dan mendengarkan pembicaraan anda dan teman anda di telepon. Tahukah anda, bahwa rasa ingin tahu ayah akan teman spesial anda, di sebabkan karna ‘ia ingin memastikan bahwa anaknya memiliki teman istimewa yang tepat’?
Ketika anda lulus SMA, ayah akan memaksa anda menjadi dokter atau insinyur. Tapi tahukah anda, bahwa itu semata-mata karna ‘ayah sangat memikirkan masa depan anda’? dan pada kenyataannya ayah akan tetap tersenyum dan mendukung anda saat pilihan anda tidak sesuai keinginannya.
Ketika anda harus berkuliah di luar kota, ayah harus melepasmu. Tahukah anda bahwa pada saat itu ‘badan ayah terasa kaku untuk memelukmu’?
Ketika itu, ayah hanya tersenyum sambil memberi nasihat ini-itu dan menyuruh anda berhati-hati. Padahal ‘ayah ingin sekali menangis seperti ibu dan memeluk anda erat-erat. Yang ayah lakukan hanyalah menghapus sedikit air mata di sudut matanya dan menepuk pundak anda sambil berkata, “Jaga dirimu baik-baik ya..!” Tahukah anda bahwa ayah melakukan hal ini agar ‘anda kuat dan dewasa’?
Ketika anda membutuhkan uang untuk biaya kuliah dan kehidupan sehari-hari anda, ayah adalah orang pertama yang akan mengerutkan kening. Tapi tahukah anda, bahwa ‘ayah akan bekerja keras’ untuk mengirim sejumlah uang yang anda butuhkan, agar anda bisa merasa sama dengan teman-teman anda di kampus?
Ketika anda di wisuda, ayah adalah orang pertama yang akan berdiri dan memberikan tepuk tangan untuk anda.
Ketika anda memilih pasangan hidup, ayah adalah orang pertama yang yakin bahwa anda telah memilih pasangan yang tepat.
Ketika anda duduk di pelaminan, ayah akan tersenyum bahagia, tapi tahukah anda bahwa dalam hati kecilnya ayah merasa ‘kehilangan’ anak kesayangannya?
Setelah itu ayah hanya bisa menunggu kedatangan anda bersama cucu-cucunya yang sesekali menjenguknya. ‘Dengan rambut yang telah dan semakin memutih, dan badan serta lengan yang tak lagi kuat menjagamu dari bahaya,’
*ayah telah menyelesaikan tugasnya.*

 Syair itu masih teringat jelas di memoryku. Kata demi kata yang di rangkainya memang benar-benar menjelaskan sosok ayah dalam kehidupan nyata. Maka tak heran, jika kami yang pada waktu itu masihlah menjadi anak asrama (boarding school) yang hidup jauh dari orang tua sangat tersentuh dan bercucuran airmata mendengar syair itu. Dan pada saat ini.. apa kau tahu duhai kawan? ...
“MBAK??? MBAK JADI TURUN DI MANA????”
“ASTAGA:/ ehmm iya pak, sudah sampai yaa” (Teriakan sopir menyadarkanku dari nostalgilaku-_-)

Aku segera turun dari travel dan berjalan terlontang-lantung menuju pintu masuk Plaza Semarang yang agak jauh dari tempat pemberhentian travel. Sesampainya di plaza aku duduk beberapa saat seraya mengusir letih, sampai akhirnya beberapa keluarga menghampiriku. Aku terheran, mengapa harus mereka yang menjemputku? Kemana paman dan kerabat terdekatku? Mereka adalah saudara jauhku, ya Tuhan... fikiranku semakin kacau pada waktu itu. Intuisiku berteriak semakin kencang mengisyaratkan bahwa apa yang ku takutkan memang benar-benar terjadi. Tetapi lagi-lagi aku menampik fikiran negatif itu dan bersegera masuk ke dalam mobil. Aku sengaja diam dan enggan bertanya sepatah katapun. Mereka pun diam, terlihat berusaha tenang seolah-olah semuanya baik-baik saja. Tapi aku faham betul, mereka hanya berpura-pura. Di sepanjang jalan aku diam membisu dan ku pejamkan mataku agar air mata kepiluan ini tak lagi menetes. Dalam benak sebenarnya aku sangat takut membuka mata dan melihat ke arah jalan. Aku takut jika ketika aku membuka mata RSU Kartini sudah terlewati. Aku sangat ketakutan bila mobil ini terus melaju dan tidak berhenti di RS itu. Saking letihnya menahan gerutu hati yang tak karuan, akhirnya aku tertidur. Beberapa saat kemudian aku terbangun dan betapa terkejutnya ketika ku menoleh ke arah luar kaca mobil, ternyata ....
“Mengapa kau lewati RSU Kartini om? Om sudah lupa jalan ya? Jangan mengigau om!! Ohh atau ayah sudah boleh di bawa pulang? Sudah sembuh?”
Penghuni mobil hanya diam tak merespon. Sementara dalam diamku jiwaku meronta-ronta tak karuan. ENTAHLAH.... .
Beberapa menit kemudian. . . . . . .
AHHH TUHAN... =’( ternyata intuisiku benar. Dengan jiwa yang tak utuh lagi aku berjalan gontai memasuki rumah. Dan ku temui ayah tercinta telah terbujur kaku dengan kain putih yang menutupi sekujur tubuhnya. Mama memelukku. Memeluk dengan eratnya.. kamipun hanyut dalam lautan duka yang mendalam.
Ya, Tuhan telah menjemputnya menuju taman surgawi yang kekal nan abadi. APA KAU TAU KAWAN, BAGAIMANA RASANYA menjadi aku pada waktu itu??? RAPUH!!!! Teramat rapuh. Ketika kau menyaksikan sesosok lelaki yang menjadi pahlawan dalam hidupmu, yang mengorbankan segalanya untukmu, yang bersedih karna kesedihanmu, yang tertawa karna kebahagiaanmu, dan SESOSOK LELAKI YANG TAKKAN PERNAH MENYAKITIMU SEPANJANG HIDUPMU, tentu kau sangat mendambakannya bukan? Bahkan ketika kamu jauh darinya dan tak bisa melihatnya beberapa waktu saja rasa rindu pasti sangat menggelayuti hatimu. Dan kau tahu kawan? Aku, aku sang anak perantauan yang sudah 2 bulan lamanya tak berjumpa dengannya, tak melihat senyuman di wajahnya, tak merasakan hangatnya rangkulan dan peluknya, dan ketika rasa rindu itu sudah berada di ujung keringkihan dan ingin segera ku luapkan, BELIAU SUDAH TIDAK BERNYAWA. Beliau tiada mampu lagi menjawab salamku, membalas pelukku, dan mengatakan “I really miss U too, my beloved daughter!” Beliau tak mampu lagi melakukannya untukku. Ternyata benar, RINDUKU BENAR-BENAR ABADI.  

Beberapa minggu berlalu, aku tersadar. Aku harus bangkit untuk mama, juga untuk adik mungilku. Walau kerinduan abadi itu teramat menyakitkan, namun itulah Takdir Tuhan. Dan hidup harus terus berjalan.
“Kamu harus bangkit nak!! Kamu harus meraih pelangi itu!”
“Tapi ma, apa aku bisa?? Sedangkan ayah telah tiada. Butuh perjuangan besar untuk meraihnya..!”
“KAMU BISA NAK!! Mama akan selalu berjuang untuk itu. Untuk kebahagiaanmu, dan adikmu.. kalian akan menjadi bintang yang bersinar!! Percayalah!!”
Kini dengan jiwa yang tak lagi lemah akan ku arungi rindu ku, bersama mama dan adik kecilku. Akan ku buktikan pada dunia bahwa kami mampu, walau keadaan sudah tak seperti dulu. Aku akan berjuang untukmu mama.. untuk mama yang dengan tangguhnya berusaha menjadi ibu terbaik bagi kami berdua. “Tenang sayang, meskipun mama hanyalah seorang wanita karier yang upahnya tak seberapa, tetapi percayalah rahmat Tuhan pasti akan senantiasa tercurah. Dan kamu harus tetap berpendidikan tinggi walau semua itu tak murah.”
Maka Tuhan, terimakasih, terimakasih atas hujan kelabu yang selama ini kau turunkan di tengah-tengah kami. Aku bersyukur karna dengan begitu aku merasa semakin dekat denganmu, semakin menyayangi kedua orang tuaku, dan semakin bersemangat untuk maju. Aku tak pernah sesali apapun yang telah menjadi kuasaMu. Karna ku selalu percaya, “AKAN ADA PELANGI SETELAH HUJAN.” Yaa aku percaya, suatu saat nanti Engkau akan berikan pelangi itu kepada kami. Karna “Sesungguhnya Setelah kesulitan, terdapat kemudahan.” Maka Tuhan, ku mohon izinkan daku memberikan seberkas pelangi itu untuknya. Untuk mama tercinta, untuk sesosok wanita yang telah menjadikanku sekuat baja, yang telah berusaha mendidikku dengan sebaik-baik didikan, dan selalu menggiringku agar dapat menuju kesempurnaan. Kini kami akan berjuang menjadi insan kamil kesayanganmu Tuhan. Dan kami berharap, agar rindu itu bukanlah rindu abadi.. “Kumpulkanlah kami kembali bersama ayah tercinta di surgamu nanti!! Ilahi Amin.”

‘CAUSE I KNOW, *ALWAYS THERE’S A RAINBOW AFTER THE RAIN* 





_______________________________________________________________________________

Assalamualaikum wr wb.
Hallo visitors :)) Terimakasih sudah bersedia meluangkan waktunya untuk mampir di blog tak penting ini. Semoga  mendapatkan 'sesuatu' yg dapat dijadikan ibroh yes ;)

Sebelumnya saya ucapkan syukron katsir,---Mohon utk siapapun yg membaca postingan tak bermakna ini --baik sahabat Pena Fathimah maupun visitors yg gak sengaja mampir (hehe).. saya meminta keikhlasan Anda untuk membacakan Surah Al-Fathihah untuk ayah saya (Bp. AMINUR RACHMAN bin ASHADI). Semoga beliau selalu dalam naungan kasihNya. Ilahi Amin.

-Jazakumullahu khairon katsiron- 
:))

Categories

Follow me on Facebook

Follow me on Tumblr

Writing is the most fun you can have by yourself. - Terry Pratchett

Powered by Blogger.
Adsense Indonesia

About Author

Hamba Tuhan yang sedang belajar menulis.

Video of Day | Click on the link below to download the video!

Popular Posts