123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 lasantha.wam

Writing is the most fun you can have by yourself. - Terry Pratchett

Monday, March 23, 2015

SELEPAS KAU PERGI @>--

                                                                               بسم الله الرحم الرحيم - اللهم صلى على محمر و اله  
                                                                         Tertanggal 22 Maret 2015, pukul 23:51
     
     Ayah, izinkan aku untuk sejenak bercerita. Aku ingin bercerita tentang petualanganku selama 4 bulan terakhir, tanpa dirimu. Aku ingin ayah tau segalanya yang telah putri kesayanganmu ini alami selepas kau tiada.
Ayah, saat ini.. ketika jemariku mengetik tombol demi tombol milik si keyboard lusuh ini sebenarnya mataku tengah berkaca-kaca. Hatiku seperti tersambar awan pekat tak berwarna. Apa kau tahu mengapa? Mengapa mataku  berkaca-kaca? Mengapa hatiku meronta-ronta? Ayah.. apa kau tahu itu?? semua ini karenamu ayah. Karna rinduku yang meronta-ronta padamu. Ku ingin kau tahu,  AKU MERINDUMU AYAH..! aku teramat merindumu. 3 bulan lamanya telah ku arungi hidup tanpa dirimu, tanpa jiwamu, tanpa kasih sayangmu, tanpa nasehat bijakmu, tanpa bara dukunganmu, tanpa amarahmu yang kau lontarkan tiap kali aku tersesat, tanpa rangkulan hangatmu ketika aku mulai menyadari sebuah kesalahan, tanpa jabatan tanganmu yang sering kali membangkitkanku ketika jiwaku berada pada keringkihan, tanpa waktu dan segalanya yang telah kau korbankan hanya untuk si gadis nakalmu yang tak tahu diri ini. Aku rindu. Sungguh ku katakan aku merindumu ayah...! Aku rindu saat-saat bersamamu.
     Apa kau tahu, AKU TERAMAT KEHILANGANMU. Aku kehilangan sosok lelaki paling berharga dalam hidupku. Sosok lelaki yang selalu menjadi pelindung dalam setiap nafasku, sosok lelaki yang tiada pernah mengecewakanku, dan sosok, sosok yang... ahh sampai kapanpun tiada yang bisa menggantikanmu. Kini aku tersadar, bahwa tiada yang dapat menandingi kasih sayangmu, tiada perhatian yang lebih tulus dr perhatianmu, dan tiada pengorbanan yang lebih agung dan mulia selain pengorbananmu ayah.
     Sehari, dua hari, tiga hari, dan bahkan sampai detik ini keluarga kecilmu ini masih tertatih karna rindu kami yang tak berujung padamu. Terlebih ketika aku tak sengaja menyaksikan ibu sedang menangis tersedu karna tak terbiasa hidup tanpamu, ketika si adik bungsu berpolah super nakal hingga membuat ibu kewalahan menghadapinya, sementara ku tahu kenakalannya itu hanyalah luapan dari rasa kesalnya karna kehilanganmu di usianya yang masih sangat balita. Ohh.. seandainya engkau ada di tengah-tengah kami ayah.. mungkin keluarga kecil ini tak akan sehampa ini.
     Tapi aku tak akan mengulasnya di sini. Aku tak ingin memamerkan kerapuhanku di hadapanmu ayah.. Aku tak ingin menceritakan hal-hal yang akan membuatmu semakin khawatir karna telah meninggalkan kami. Karna Tuhan yang telah memanggilmu, dan aku yakin sekarang kau sudah bersahaja di surgaNya dan terbebas dari rasa sakit yang kau derita selama hidup di dunia fana ini.  Sekarang dengan jiwa yang tak lagi cengeng putri pertamamu ini akan bercerita, bahwa selepas kau pergi ada berjuta makna yang telah ku peroleh sehingga bisa menjadikanku sekuat baja seperti saat ini. Ketahuilah ayah, putrimu yang tak tahu diri ini bukanlah putri manja yang kau kenal dulu. Aku telah berubah ayah. Aku tak lagi sama seperti dulu. Aku bersyukur karna di balik kepedihan ini Tuhan mengajariku banyak hal.

       Sekarang aku mengerti apa makna dari sebuah KEIKHLASAN. Aku telah merasakan betapa pahitnya tersiksa karna kehilangan orang tersayang. Dan keikhlasanlah obat terampuh dari pahitnya rasa sakit. Ya, hanya satu, IKHLAS. Ikhlas merelakan kepergian orang tersayang, ikhlas menerima kenyataan menyakitkan, ikhlas mencicipi bumbu tak sedap dalam kehidupan, dan tentunya ketika kita telah mengenal tentang hakikat sebuah keikhlasan kita akan terbebas dari segala bentuk kekecewaan dan rasa ketidakpuasan.

        Lalu aku pun memahami betapa nikmatnya BERSYUKUR ketika kecewa. Betapa berharganya waktu yang telah ku buang sia-sia, betapa berharganya kebersamaan yang telah lalai ku jaga, betapa banyaknya kenikmatan-kenikmatan yang membanjiri hidupku tapi tak sempat ku syukuri, dan setelah setitik kenikmatan saja Ia hilangkan dari hidupku, aku baru menyadari betapa berharganya ia. Di situlah Tuhan mengujiku, Ia ingin tahu seberapa kecewanya aku karna kehilanganmu ayah.., seberapa marahnya aku menghadapi takdir pahitNya, dan dapatkah aku bersyukur dan mengambil bermilyaran hikmah di dalamnya??? Ya, sang waktu telah mengajariku tentang BETAPA PENTINGNYA BERSYUKUR sebagai penawar rasa kecewa. Dan dengan setulus-tulusnya hati, ‘Kini aku bersyukur padaMu Tuhan, karna kau telah menguatkanku melalui berbagai ujian yang telah kau berikan.’

Karna pada akhirnya, manusia akan bersyukur tiada henti atas kegagalan/kekecewaan yang pernah ia alami. Kapan? Ketika badai dahsyat melanda, dan ia masih tegap berdiri. ;)

        Kemudian aku semakin terkagum dan tercengang, setelah menyadari betapa dahsyatnya KASIH SAYANG seorang IBU. Betapa hebatnya ia, betapa berharganya ia, dan betapa tulusnya kasih sayangnya. Kini aku merasakan kehebatan kasih sayangnya, jauh berlipat-lipat ganda lebih besar setelah kepergianmu ayah.. ya, mungkin aku baru menyadarinya karna dulu masih ada dirimu sebagai tumpuan keduaku. Kau harus tau ayah.. sungguh, istrimu itu teramat luar biasa. Luar biasa ketangguhannya, luar biasa ketabahannya, dan luar biasa kepandaiannya dalam memimpin keluarga kecil ini tanpa dirimu. Jadi tak usah cemas, karna kau telah menitipkan kedua putrimu ini dengan seorang wanita yang tepat dan sangat luar biasa hebatnya.
     Aku terharu ayah, aku terharu tiap kali aku mengenang jerih payah istrimu itu. Padahal aku tahu bahwa di dalam jiwanya masih ada luka yang menganga karna kepergianmu. Tapi ia tak pernah memperlihatkannya kepada kedua putrinya. Ia menyimpan keluh kesahnya rapat-rapat ayah. Ia tak mau membagi kesakitannya padaku, juga pada putri bungsumu. Ia terlihat sangat tegar di hadapan orang-orang yang berlalu lalang, tapi aku tahu persis bahwa batinnya masih merintih kesakitan. Hmm.. mungkin dengan cara itulah ia mengajari kami untuk menjadi wanita tangguh dan penyabar.
Aku tak tahu ayah, bagaimana diriku harus membalut luka bersama dengan ibu. Yang ku lalukan hanyalah mendekapnya erat-erat dan mengatakan, “Aku menyayangimu ibu! Kesedihanmu adalah kesedihanku pula, maka berbahagialah.. maka kedua putrimu juga akan bahagia.” Hanya kata-kata itu yang kerap kali ku lontarkan pada ibu, karna aku tak sanggup lagi menahan air mataku ketika aku harus melontarkan satu kalimat lagi.. rasa-rasanya lidahku kelu dan bibirku membisu. Maafkan aku ayah.. karna aku masih terlalu cengeng!! Maka sudilah bertamu ke dalam mimpiku, agar kita dapat berbincang-bincang bersama, dan ku mohon ajari aku bagaimana cara untuk menjadi seorang anak yang berbakti.
     Tak hanya itu ayah, sebenarnya banyak sekali pelajaran berharga lainnya yang telah ku petik dari kejadian ini. Hanya saja, ku rasa untuk saat ini cukup sepucuk kisah singkat ini yang ingin ku ceritakan padamu. Karna ku yakin, di alam sana engkau pasti selalu memantauku dan mengetahui segala perubahan yang ada padaku. Walau tak seberapa, walau masih belum bisa menjadi putri kebanggaanmu, tapi ku yakin di alam sana engkau pasti tersenyum melihatku bisa mengusap air mata kepiluan dengan tanganku sendiri. Maafkan aku ayah.. Bersabarlah, aku berjanji bahwa aku akan berjuang untuk ayah, untuk ibu juga untuk putri bungsumu. Setidaknya, aku akan terus berusaha entah dengan cara yang bagaimana agar di hadapan Tuhan engkau tidak malu mengakuiku sebagai putrimu. Dan ku mohon, sampaikan pada Tuhan agar Ia senantiasa membimbing kami pada kemuliaan. Menopang kami agar selalu tegar dan penyabar, hingga kelak kami akan menjadi seperti yang engkau harapkan, dan pada akhirnya kami akan berkumpul menjadi satu keluarga kembali dengan seizin Tuhan. Cukup sekian ayah. 

-Thanks for every moments we spent together :) I'll be Missing U Until the End of Time-


Salam rindu dariku,

Putri kesayanganmu.



_______________________________________________________________________________

Assalamualaikum wr wb.
Hallo visitors :)) Terimakasih sudah bersedia meluangkan waktunya untuk mampir di blog tak penting ini. Semoga  mendapatkan 'sesuatu' yg dapat dijadikan ibroh yes ;)

Sebelumnya saya ucapkan syukron katsir,---Mohon utk siapapun yg membaca postingan tak bermakna ini --baik sahabat Pena Fathimah maupun visitors yg gak sengaja mampir (hehe).. saya meminta keikhlasan Anda untuk membacakan Surah Al-Fathihah untuk ayah saya (Bp. AMINUR RACHMAN bin ASHADI). Semoga beliau selalu dalam naungan kasihNya. Ilahi Amin.

-Jazakumullahu khairon katsiron- 
:))

0 comments:

Post a Comment

Categories

Follow me on Facebook

Follow me on Tumblr

Writing is the most fun you can have by yourself. - Terry Pratchett

Powered by Blogger.
'; (function() { var dsq = document.createElement('script'); dsq.type = 'text/javascript'; dsq.async = true; dsq.src = '//' + disqus_shortname + '.disqus.com/embed.js'; (document.getElementsByTagName('head')[0] || document.getElementsByTagName('body')[0]).appendChild(dsq); })();
Adsense Indonesia

About Author

Hamba Tuhan yang sedang belajar menulis.

Video of Day | Click on the link below to download the video!

Popular Posts