Pernah merasa gelisah tapi tidak tahu penyebabnya? 
 
Pernah merasa ingin mengeluh tapi tidak tahu apa yang dikeluhkan?

Pernah tidak,
merasakan perasaan yang kita sendiri sulit untuk mendefinisikannya?

Pernah?

Mungkin alam bawah sadarmu sedang menginginkan sesuatu. Keinginan yang sebenarnya sudah menjadi hal yang tidak asing lagi menurutmu. Keinginan yang sudah lama disemogakan oleh angan, pun sudah mengkristal di relung terdalam, dan barangkali hatimu pernah kesakitan menghadapi ulah-nya. Ulah dari keinginan yang sudah menjadi *semoga harian namun tidak kunjung kesampaian. Lalu mekanisme pertahanan dirimu memutar otak, mencari cara untuk menyelamatkanmu dari kegundahan. Dan kau menemukan caranya. Kau bungkus keinginan itu menjadi sebuah kristal yang cantik. Menjadi satu kesatuan yang padat dan diam di tempat sehingga tidak mencabik-cabik. 

Konasimu mengerti bagaimana menata hatimu agar *semogamu itu tidak menjadi ambisi nakal. Dan kemarin-kemarin kau berhasil membuatnya diam. Namun tidak dengan sekarang. Ia datang lagi. Berulah lagi. Mewujudkan diri menjadi kegelisahan, yang kau sendiri lupa dari mana asalnya. Mungkin kau terlalu berusaha menikmatinya. Hingga perasaan itu terlalu abstrak bila kau definisikan. 

Sekarang kau sudah cukup pintar memang. Dirimu sudah cukup mahir memperlakukan gelisah-gelisah yang sekonyong-konyong mampir. 

Sebab kamu percaya, bahwa ini hanya perihal waktu. Kamu percaya bahwa apabila yang telah kau bungkus menjadi sebuah kristal itu sejatinya adalah kebutuhan, maka seluruh semoga yang telah kau semogakan akan direalisasikan. Entah kapan. Tentu pada waktu terbaik yang dirimu sendiri tidak mampu untuk menerkanya. 

Pada intinya kau hanya perlu belajar menikmati prosesnya. Kau tahu kan bagaimana caranya? Kurasa asam garam di hidupmu sudah memenuhi untuk mempelajarinya; cara menikmati proses untuk mewujudkan *semogamu, atau mengikhlaskannya. 

Iya, kau hanya butuh menikmatinya dan percaya. Dirimu sangat perlu untuk percaya bahwa apabila semogamu adalah suatu kebutuhan, Ia pasti akan mewujudkan. 

 Percayalah!

 


Gelisahmu ini hanya rindu menyapa pemiliknya. Maka nikmati saja hadirnya! 



Tembalangsweet, 24/10/17 | Aku, bukan kamu