123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 lasantha.wam

Writing is the most fun you can have by yourself. - Terry Pratchett

Thursday, July 16, 2015

Andai Saja Dulu.. || short story

"Dasar Culun!!"
Sapaan menyakitkan yang diam2 mulai ku rindukan.


Gerimis hujan di luar jendelaku menghanyutkanku pada kenangan masa lalu. 2 tahun lalu, ketika aku masih sedekat nadi dgmu. Ya, kamu yg selalu menyakitiku tapi tetap saja ku rindu.

Ketika hujan itu, hanya ada kau, aku dan kunang2 yg menemani sang malam. Di taman itu ujarmu, "Udah
tenang aja!! Suatu saat nanti gw bakal kesini lg kok Lun !! Kalo lo udah gk CULUN lagi!! Haha"

Sejak saat itu aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan merubah segala keculunan yg melekat pd diriku. Agar kau kembali? Haha 'tak' sama sekali. Bahkan aku tak pernah berharap kau akan menemuiku setelah perpisahan itu. Hanya saja aku sudah terlalu muak dg segala cibiranmu yg tak henti2nya menguras air di sudut mataku. Terkadang kau bak sahabat berhati malaikat, dn tak jarang pula kau seperti si bangsat yg tak henti2nya menorehkan luka. Dan bodohnya aku mengapa aku bisa jatuh hati pada sosok bangsat sepertimu. Sejak saat perkenalan singkat itu sampai ketika perpisahan malam itu. Dan setelahnya aku memutuskan mengakhiri rasa terpendamku padamu. Ya, setelah malam itu aku mulai memberhentikan cinta di hati, tapi nyatanya tak berhasil dn masih menjalar hingga kini.

Terkadang aku berfikir, "bodohkah aku?" Ketika semua hati berbangga dan mendamba akan kesetiaan cinta yg suci, tapi aku.. aku malah membenci hatiku sendiri karna kesetiaannya yg begitu tulus padamu. Ketika setiap dr mereka berbahagia karna setianya, tapi aku justru terluka karna hal yg sama. Ketika mereka yg disetiai mendamba penyetianya, tapi aku.. aku hanya terdiam sunyi tanpa pendamba, merasakan pahit karna gejolak rindu yg kian menderu.

--

Masih di sudut ruangan yg sama, menatap jendela yg sama, dn dalam suasana gerimis yg tak semakin deras jg tak semakin reda. Rinduku berlinang, semakin deras. Membasahi paras juga jemariku, dan terhenti tepat di jari manis berhias cincin cantik yg sedari tadi mengikuti jemariku menyeka linangan itu.
DUG. Cincin cantik itu?? AHH SHITT!!

"HEYY LUPAKAN MASA LALUMU!!" Teriakku pada diriku.

                                                      ***

"Undangan resmi REUNI SMA YAYASAN SUNDA BANDUNG"

Sehelai kertas undangan berpita merah itu tergeletak di meja kamarku. Tak ku hiraukan, karna aku tak berminat untuk datang.

"Datanglah, aku akan menemanimu!๐Ÿ“ž" Kata suara di seberang sana.
"Tapi..."
"Sudahlah, bersiap2lah.. 2 jam lagi aku jemput!"
"Hufft baiklah..!"

                                                        ***

"Atikah tunggu..!! Tunggu sebentar ada sesuatu yg harus lo tau!!"
"Sorry gue gk punya banyak waktu..!"
Lo inget gk ada sesuatu yg mau gw omongin tp gk jadi waktu malem itu??" Teriaknya yg spontan menghentikan langkahku.
"Hal penting yg gk jd gw utarakan gara2 lo keburu tersinggung ama perkataan gw duluan.. sebenernya gw mau jelasin kenapa gw bisa semalaikat itu dan sebrengsek itu!!" Ia menelan ludah, lalu melanjutkan, "Itu semua karna ... "
"Udah stop! Gk penting jg, gue gk punya banyak waktu..!" Potongku kesal dn mulai melangkah meninggalkan tempat itu.
"Gue Cinta sama Lo!!" Teriaknya yg spontan mendebarkan jantungku.
Aku berhenti, dan berbalik arah menghadap padanya. "SHITTT......!!!!!!" Jawabku gahar.
"Gw gk tau harus dg cara apa lg biar bisa deket sama lo. Kecuekan lo yg cuma bisa gw takhlukin dg cibiran2 pahit gw itulah yg bikin kita sedekat nadi. Iyakan?? Gw cinta lo dr sejak kita sedekat nadi sampe kita sejauh mentari kayak sekarang ini!! Rindu gw meronta2 dn terus meronta2 culun!!" Ia mulai berkaca2, tertunduk lemah dan melanjutkan, "Gw mau lo jadi istri gw!!"

"Atikah, ada apa?" tanya seorang lelaki yg tiba2 muncul di hadapanku.
"Ngg.. bukan apa2 sayang, ohiya kenalin ini teman SMAku Salim." Aku menelan ludah, lalu melanjutkan, "Salim, kenalin ini.. *tt tunangan gue*..!" Tegasku yg spontan membuatnya tercengang. Ku perlihatkan cincin cantikku dan melanjutkan, "Kita akan menikah akhir bulan ini."


Aku tertunduk tak berdaya. Lalu ku berbalik arah dan bergegas meninggalkan tempat itu.

Ohh andai saja dulu.. ...  </3

-###-



Monday, July 6, 2015

Kisah Kesyahidan Manusia Agung (Sy. Ali bin Abi Thalib) yg konon tak banyak telinga mendengar

Did U know??
-bacalah sejenak๐Ÿ˜Š-

Pada bulan Ramadhan tahun 40 Hijriah itu, setiap hari Imam Ali mendatangi anaknya untuk berbuka dan sahur bersama. Terkadang beliau mampir di rumah Imam Hasan, kemudian besoknya mendatangi Imam Husein, di hari ketiga mendatangi putrinya Zainab, dan di hari keempat berbuka dan bersahur di rumah putrinya Ummu Kalsum.
Hari itu adalah Jumat yang cerah, tanggal 19 Ramadhan tahun 40 H. Di rumah Ummu Kaltsum di Kufah, di wilayah yang sekarang disebut sebagai Irak, Ali seperti merangkum sejarah dan perjuangan pahit getir para Nabi sejak Adam hingga Ibrahim di tanah Babilonia.
Pada malam 19 itu, Ummu Kalsum mendapat giliran berbuka bersama ayah tercintanya. Dia menyuguhkan menu berbuka dalam dua nampan, satu berisi roti kering dan lainnya berisi susu masam. Imam Ali menegurnya: “Bukankah kau sudah tahu bahwa aku selalu mengikuti putra pamanku Rasulullah yang tidak pernah makan sajian dalam dua nampan sepanjang hidupnya? Maka mohon angkatlah salah satunya. Barangsiapa yang makan dan minumnya enak di dunia ini maka perhitungannya akan lama kelak di hadapan Allah… .”
Ummu Kulsum menuturkan bahwa malam itu Imam Ali makan sangat sedikit dari roti kering yang kusuguhkan dan memperbanyak ucapan hamdalah dalam tiap suapnya. Selesai makan sedikit, Imam segera bangkit untuk melaksanakan shalat yang lama. Imam terus dalam keadaan rukuk, sujud, bermunajat, berdoa yang khusyu, dan sering-sering keluar rumah untuk melihat langit. Sekali di antaranya dia berujar: “Ya, ya…inilah malam yang dijanjikan kekasihku Rasulullah.”
Di malam itu, Ali sempat tertidur sejenak dan terbangun cepat.
Ummu Kaltsum, putri bungsu Fathimah Azzahra ‘alayhas-salam itu, lantas menuturkan apa yang terjadi di detik-detik yg paling mempesona dari kehidupan ksatria langit, kekasih Allah dan Rasulullah ini sebagai berikut.
Ummu Kaltsum mengatakan: “Aku melihat ayahku shalat hingga tengah malam. Di serangkaian shalatnya, beliau sebentar-sebentar keluar rumah, menengok sejenak ke langit dan kembali lagi untuk shalat. Tangisannya lebih panjang dari biasanya. Rukuknya lebih lama, sujudnya lebih lama. Lantunan munajatnya pun lebih syahdu dari hari-hari biasanya.”
Malam itu, dalam perjalanan menuju Masjid Kufah, Imam Ali beberapa kali menengok ke langit.
Sesampainya di masjid Kufah, dia mendapati Ibnu Muljam tidur telungkup. Dia pun menasehatinya: “Innas sholata tanha ‘anil fahsyai wal munkar. Sesungguhnya shalat mencegah perbuatan fasik dan munkar."
Yang disapa dan dinasehati membatu, tak kunjung beranjak.
Lalu Imam Ali berkata lirih: “Kau sepertinya bertekad mengerjakan sesuatu yg sangat berbahaya, sangat mengerikan. Kalau aku mau, akan kuceritakan padamu apa yang ada di balik bajumu itu...”
Setelah azan subuh tanggal 19 Ramadhan berkumandang, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib kembali keluar masjid, dan menengok ke fajar yang menyingsing. Kemudian dengan suara parau, beliau mengucapkan selamat berpisah kepada fajar:
”Wahai Fajar.. sepanjang Hayat Ali.. Pernahkah engkau muncul dan mendapatkannya tertidur ??
Di mihrabnya, Ali memulai shalatnya seorang diri. Dia seperti sengaja memperpanjang ruku' dan sujudnya. Ibnu Muljam tahu persis, betapa Ali tak pernah mempedulikan apapun saat shalat. Dia kemudian datang mendekat. Dan dari depan, dia mulai mengayunkan pukulan ke kepala Ali, tepat saat Ali ingin bangun dari sujud pertamanya.

Darah lalu mengucur deras. Dahi Ali koyak. Janggutnya meneteskan darah. Tapi tak ada erangan dari mulut Ali. Justru yang keluar dari mulut sucinya adalah pujian pada Allah: “Bismillah, wa billah wa ‘ala millati Rasulillah…
Dengan suara lantang, Imam Ali kemudian berteriak: “Fuztu wa Rabbil Ka’bah…Demi Tuhan Ka’bah, sungguh aku telah berjaya.”
Seiring dengan suara Imam Ali, seluruh penduduk Kufah mendengarnya. warga berhamburan keluar rumah untuk menuju masjid jami Kufah.
Ummu Kalsum yang mendengar suara itu dari rumah sontak menjerit lirih: “Waaah Abataaah, Waaah Aliyaah”
(Oooh Ayahku, Ooooh Aliku).
Yang pertama datang menyaksikan Imam Ali bercucuran darah adalah putra sulungnya, Hasan.
Imam Hasan menuturkan bahwa Imam Ali terus berusaha melengkapi rangkaian shalatnya sambil duduk. Badannya menggigil. Setelah salam, dia mengusapkan tanah sujud ke dahinya yang merekah sembari mengucapkan firman Allah dalam surat Thaha ayat 55: “Dari tanah, kalian Kami ciptakan, dari tanah pula kalian Kami kembalikan dan bangkitkan.” 
Semua kejadian dimalam itu disaksikan oleh seluruh putranya, terutama Hasan yang tak kuasa menahan airmata. Imam Ali meminta Hasan untuk mengimami jamaah shalat. Beliau mengikuti dari belakang dengan gerakan isyarat sambil terus membersihkan cucuran darah dari kening sucinya.
Seusia shalat, Hasan langsung kembali menengok ayahnya, didampingi Husein dan seluruh putra Ali yang lain.
Hasan: Duhai Ayahku, tak kuasa aku melihatmu begini…sungguh ini sangat menghancurkan hatiku. Berat sekali bagiku melihatmu seperti ini.
Imam Ali membuka matanya lalu berkata: Anakku Hasan…jangan bersedih. Sebentar lagi aku tidak akan merasakan kegetiran apapun. Aku telah melihat Kakekmu Muhammad Al-Musthafa, Nenekmu Khadijah Al-Kubra, Ibumu Fathimah Azzahra, dan para penghuni surga berjejer menyambut kedatanganku... Tegarlah dan kuatkan hatimu.
Hasan kemudian meletakkan kepala ayahnya di pangkuannya untuk membersihkan darah yang tak berhenti mengucur. Tak lama berselang, Imam Ali pingsan dalam pelukan Hasan. Jerit tangis membahana ke seluruh arah. Hasan pun langsung menciumi wajah ayahnya demikian pula putra-putra Imam yang lain.
Derasnya airmata Hasan menyadarkan Imam Ali. Imam pun langsung bertanya: “Anakku Hasan, untuk apa tangisan ini? Jangan bersedih atas keadaan ayahmu. Apakah kau bersedih atas keadaanku padahal esok kau akan dibunuh dengan cara diracun dan adikmu Husein akan dibunuh dengan tebasan pedang. Lantas kalian semua akan menyusulku bersama kakek dan ibu kalian.”
Setelah kekacauan terjadi, salah seorang di antara khalayak belakangan masuk membawa Ibnu Muljam. Orang curiga dia lari menjauh dari mesjid dengan pedang berlumur darah sementara seluruh penduduk justru menuju masjid.
Kematian telah mendekati Ali. Luka di dahinya begitu dalam. Tapi musibah itu tak merusak karakter keadilan yang larut dalam darah dan dagingnya. Dia melarang orang membalas pada Ibnu Muljam.
Imam Ali berkata kepada manusia terkutuk itu “Aku tahu engkau akan membunuhku…Pasti…Tapi sesungguhnya aku masih berharap pada Allah adanya perubahan pada diri dan nasibmu.”
Ibnu Muljam tak kuasa mendengar kalimat setinggi itu. Dia menangis dan bertanya “Ya Amirul Mukminin, afa anta tunqidzhu man finnaar (apakah engkau bisa menolong orang yang sudah masuk neraka)?”
Ali menjawab dengan memerintahkan anak-anaknya mencari susu. Dia kehausan dan meminta mereka mempersilahkan Ibnu Muljam meminumnya lebih dahulu, sedangkan Imam meminum sisanya. Dan inilah minuman susu terakhirnya...
Assalamu'alaika ya Amirul Mu'minin ya Abal Hasanain as...



                                  (ุงู„ู„ู‡ู… ุงู„ุนู† ู‚ุชู„ุฉ ุงู…ูŠุฑ ุงู„ู…ุคู…ู†ูŠู† (ุน

Categories

Follow me on Facebook

Follow me on Tumblr

Writing is the most fun you can have by yourself. - Terry Pratchett

Powered by Blogger.
Adsense Indonesia

About Author

Hamba Tuhan yang sedang belajar menulis.

Video of Day | Click on the link below to download the video!

Popular Posts