بسم الله الرحم الرحيم - اللهم صلى على محمر و اله
Kala itu sinar mentari meyapaku dari kejauhan. Ia
mengisyaratkanku bahwa sinarnya telah tiba di penghujung siang. Orang-orang
terlihat sempoyongan kesana kemari karna sengatan sinarnya. Sementara aku
masihlah terdiam menggigil di sudut kamar flamboyan no 1 RSU Kartini.
“Ahh kalo bukan karna ayah yang minta, udah gue matiin
nih AC!!” gumamku dalam hati.
Hening.
“Ayah, besok Fathimah balik Jogja ya..!” kataku memecah
keheningan.
“Besok? lusa aja gimana?”
“Aduh nggak bisa ayah, Fathimah banyak tugas yang harus
diselesaikan. Pokoknya Fathimah balik besok!
TITIK!!”
***
Mentari sudah terlihat lelah. Sinarnya tak lagi
benderang. Dan akhirnya ia pun tak lagi terlihat. Ya, nampaknya ia bersembunyi
di balik rembulan sabit nan cantik.
“Yee.. besok aku balik jogja loh.. ehh ini malam
terakhir dong..!” Celetusku pada
penghuni Flamboyan n0.1
“Ehh apa sih terakhir, ellu mao kemane dek?? Kayak mau
pergi lama aja haha..”
Kami pun tertawa terbahak-bahak.
“Enak ya, kumpul bareng-bareng begini! Bareng-bareng
keluarga besar.. yahh sayang, momennya nggak tepat :( cepet sembuh ya ayahh..!”
Malam itu begitu hangat. Hangat sekali, berada di
tengah-tengah keluarga besar yang begitu perhatian. Tapi, entah mengapa kehangatan
itu perlahan ciptakan luka. Aku tak tahu apa. Hanya saja kala itu aku merasa
seperti tersayat-sayat puluhan belati. Seketika itu aku pun menangis
tersedu-sedu. Ya Tuhan... aku tak kuasa
menyaksikan ayah terbaring tak berdaya.. sungguh.. aku tak ingin pergi!! :’)
---
“Ayah, mama, Fathimah pamit ya.. ayah cepat sebuh!!”
Kecupan hangat dari kedua malaikatku itu mengiringi
kepergianku.
***
OMG HELLOOOOO!!!!!!!!!!! LELAH adek bang-__-
“Baru semester awal aja udah kayak gini, gimana nanti
kedepannya???” gerutuku pada teman sebelahku.
Inilah lika-liku kehidupan mahasiswa. Hanya berkecimpun
di satu dunia ‘perkuliahan’, tetapi sangat melelahkan.
“Ciyee yang baru pulang kampung, inget yaa besok DEADLINE
Lap. Kimia:p” Jelas Sinta meledek.
“ASTAGAA!!!! GUE KELUPAAN!!! :[ KOPI.. KOPI.. MANA
KOPI??”
Dan malam rabu itupun menjadi malam sadis mendebarkan.
Bagaimana tidak? DEADLINE laporan yang maha penting itu belum sama sekali ku
sentuh. Mau tak mau aku harus merelakan waktu tidurku untukmu LAPORAN
KESAYANGAN>.< Perlahan tapi
pasti dendrit-dendrit dalam otak pun
bekerja. Sementara itu, jemariku dengan
lincahnya ciptakan goresan berbentuk segrombolan angka yang nantinya akan
menjadi sebuah hasil dari ‘analisis data’. Kemudian, dari analisis data
tersebut, terciptalah beberapa lembar pembahasan. Tentu saja, itu memerlukan
pemikiran yang panjang. Yaa cukup melelahkan memang. Beberapa kali kantuk
melanda, tetapi secepat kilat ku tepis dengan secangkir kopi hangat yang ku
buat dengan penuh cinta. Haha:p
Dan pada akhirnya sebuah laporan bertuliskan tangan dengan
tebal 15 lembar kertas folio itu siap untuk di kumpulkan.
“Oh My God!! Akhirnya beban mendebarkan itu telah
terselesaikan. Ohhh leganyaaa I-O Sekarang tinggal buat skema kerja dan belajar
untuk pretest besok-_-“
Ku lirik jam arloji di sebelahku. Dan alangkah
terkejutnya ternyata jarum pendek sudah menunjukkan pukul 03.00 pagi. Haha aku
tertawa geli, mungkin karna terlalu asiknya menikmati kebersamaanku dengan
laporan kesayangan:p sampai-sampai lupa waktu-__-
Aku tertidur beberapa saat. Sampai pada akhirnya bunyi
alarm membangunkanku. Seusai sholat subuh, aku segera membuka buku untuk
persiapan pretest nanti. Kata demi kata ku olah dalam memori, sampai aku tak
sadar jam sudah menunjukkan pukul 06:10.
Lalu aku pun segera bangkit dari ranjang dan bersiap-siap ke kampus. Tapi
tiba-tiba ada yang menyusik fikirku. Lalu dengan sigap ku ambil handphone dan
ku lihat agenda hari ini. Dan ternyata..
“Ya Tuhan...!!! aku salah lihat schedule. Hari ini kan
praktikum pengolahan limbah, bukan pembuatan baterai dari buah!! =;( Ahhh bodohh!!!!!!!!”
Dengan sigap ku keluarkan semua isi dalam tas dan mulai
membuat skema baru. Waktu yang ku punya hanya 30 menit. Dan aku harus secepat
kilat membuat skema 4 judul itu.
“Ahhhh cepatcepatcepatt!!! gue harus nyampe kampus
sebelum jam 7-_- mana belajar pretestnya juga salah lagi!! Ahh gak ngurus dahh
pretest dapet berapa nanti, yang penting gue bisa masuk lab. Dan ikut
praktikum.” Gumamku dalam hati.
Beberapa menit berlalu. Dan akhirnya tepat pukul 07:00 4
lembar skema kerja itu selesai juga. Huhhhh-_- Secepat kilat aku berlari menuju
parkiran motor. Lalu ku kendarai dengan kecepatan jauh di atas normal. Hahahh dan
dalam waktu 4 menit, aku pun sampai di
parkiran FMIPA. Tanpa fikir panjang aku berlari terbirit-birit menuju
Laboratorium Kimia. Sesampainya disana, O’oo :o
“Eitss mau kemana lo?” cegah Andi, teman sekelasku.
“Lahh?? Ya masuklah!! Nah lo ngapain di luar?” tanyaku
heran.
Seketika ia pun tertawa dan berkata, “Woyy liat tuh jam
di tangan lo!! Gua yang telat 3menit aja nggak boleh masuk, apa lagi ellu!!”
“JADI ??? beneran nih nggak boleh masuk?? Ahh bodo gue
mau maksa masuk!!” Jawabku kesal.
“Ehh udah nggak bakalan boleh, mending sekarang kita
temuin Pak Rudi minta surat keterangan buat ikut inhall..!” sergah Andi.
“YAELLAHHH-_- malang banget deh ah nasib gue! Dari
kemaren cobaan adaa aje :I jadi fix nih, 100ribu melayang ?? CUMA gara2 telat 5
menit?!!”
“Hahh apaan 100ribu?? Bayar inhall bukannya 30ribu doang
ya?”
“Ettdahhh nih orang! 30ribu, lu pikir fisika? Ya 100ribu
lahh!!”
“ALAMAKK bisa kere mendadak nih gua ..”
Beberapa menit kemudian, sampailah kami di depan kantor Rektorat.
“Fathimah, liat deh.. panjang banget antriannya!!”
“Ya Tuhan... ya udahlah sabar aja. Ehh tapi bukannya kalo
mau bayar inhall itu langsung masuk banknya ya?? Nggak usah ngantri gini
kali..!”
“Ehh kata sapa? Sok tau lo! Temen gua pernah kok, dia
juga ngantri kayak gini.”
---
Dan akhirnya setelah 30menit mengantri, aku pun berada di
antrian awal.
“Ibu, saya mau membayar inhall praktikum kimia dasar.
Atas nama Fathimah dari prodi ilmu kimia.”
“Oh maaf dek, Loket ini hanya melayani pembayaran untuk
prodi Farmasi. Sedangkan pembayaran prodi kimia ada di sebelah kanan.”
WALLAHIIIIII =;(
“ANDIIII!!! SALAH LOKET!! :I”
“Hahahahaahahahaha GUA JUGA! =;(“
Dengan raga yang sudah mulai lesu, kami berjalan gontai
menuju loket sebelah dan berdiri pada antrian paling akhir. 20 menit kami
menunggu, dan hasilnya..
“SALAH LOKET AGAIN!!*boxing*”
“Astaga Fathimah.. ternyata bener, bayarnya di banknya
langsung! Nggak usah ngantri-ngantri loket HEHE”
“HHMMMMMMMMM :I YAUDAH gue cabut ke kost dulu!! Dehidrasi
berat*sick*!!, nitip ini minta tolong bayarin sekalian ke bank ya!!”
“EHH gua anterin ya...?”
“KAGAK USAH*run*”
*INNALLAHAMA’ASHOBIRIN*
Entahlah, apa yang terjadi pada ku hari ini. Berbagai
rintangan menghadangku dengan semena-mena. Yaa mungkin ini tak seberapa, namun
itu cukup membuatku hampir kehilangan daya. Haha:( Ya Tuhan.. ampuni daku atas
kecerobohan picikku, yang karnanya hampir menjadikanku kehilangan kendali.
Mohon ingatkanku slalu, bahwa KASIHMU SENANTIASA MENYERTAI ORANG-ORANG YANG
SABAR :’)
***
“Iya ayah.. maaf telponnya di matiin. Lagi ada kelas.”
(short message service)
Minggu ini jadual kuliah begitu padat merayat.
Sampai-sampai untuk sekedar mengangkat telepon dari orang rumah pun tak sempat.
Ya, mau gimana lagi? Aku harus tetap konsekuen dengan kewajibanku sebagai
mahasiswa.
Terkadang aku merasa lelah.. lelah sekali dengan keadaan
seperti ini. Hahh ‘Jauh dari orang tua’ SUDAH BIASA :D. Bukan itu masalahnya.
Hanya saja aku merasa belum cukup pintar untuk memanage waktu. Memprioritaskan
suatu kewajiban, tanpa harus
mengorbankan kewajiban penting lainnya.
Itu SULIT. Hahahh tapi aku tak mempersoalkannya. Karna ku rasa semua orang pun pasti pernah mengalami
hal serupa, atau bahkan lebih. Yakin saja, suatu saat ketertatihan itu lah yang
akan menggiring manusia menuju kesuksesan.
“NOTHING IS DIFFICULT, AND
NOTHING IS NOT EASY. JIKA KAMU *MAU*”
Itulah nasehat ayah yang selalu terngiang-ngiang di
benakku. Yaa memang tidak ada yang susah jika kita mau, MAU merubahnya menjadi
nyata J.
“Fathimah.....!!! WOYYWOYYWOYYY bengong aja!! Besok kita
presentasi, abis gini kita ke perpus ya bahas makalah..” teriak Sinta menyadarkanku.
“Hahh?? HMMM iya..ya..-_-“
“Kenapa kau ni?”
“Haha gpp. Its oke wae:p”
Seharian itu kami pun berkecimpung di perpus. Seolah tak mengenal waktu, dengan seriusnya
ku jelajahi buku satu per satu.
“Kita harus bergerak cepat! Hari ini harus kelar semuanya..!
semangat2J” kataku membangkitkan gairah.
Hari itu sang waktu terlihat sangat kejam. Gerakan jarum
pendeknya yang begitu cepat membuatku gusar.
Aku tak faham betul, apa karna mataku yang terlalu rabun sehingga tidak
bisa membedakan jarum panjang dan pendek:D ataukah memang aku nya yang linglung
:/ however.. what the hell for today,
yang penting tugas kelar haha.
Dan tahukah kamu apa yang terjadi setelahnya?
“WOOO Handphone gue kemana??????? BB gue???DASAR
CEROBAH!!!” -___-
*Pelajaran saya hari ini, Kelinglungan menghadirkan
KEAPESAN-_-* (MEMO)
***
Dering HandPhone berbunyi.
“Wa’alaikumsalam ayah.. hehe ayah, Fathimah mau bilang
sesuatu.. tapi jangan dimarahin yaa*peace*”
“Kenapa nak??”
“Hehehe BB Fathimah ilang yah.. udah dicari keliling nggak
ketemuL
gpp ya yah..”
“HMMM.. itu peringatan dari Tuhan!”
“Maksud ayah?”
“Kan kamu kalo udah pegang BB kayak orang autis!:p”
“AYAAAHHHHHHHHH :I”
---
Beberapa hari berlalu, dan di hari-hari itu pula beberapa
kejadian mengesalkan telah ku lalui. Ah tak mengapa, mungkin Tuhan sedang
menunjukkanku apa itu bumbu kehidupan.
“Eh Fathimah.. apa kabar kamu? Aku denger kemarin lusa
kamu abis nabrak beberapa motor di parkiran? kamu gak kemana-napa kan?”
“Hahaha gpp kok tenang aja.. alhamdulillah semuanya udah
clearJ”
“Tapi ku perhatiin sekarang kamu lebih suka menyendiri,
murung gitu.. kenapa?”
“Ah masa sih?? Itu perasaanmu aja. Yaa memang agak gak
enak dikitlah ini hati.. kemarin ayahku masuk rumah sakit lagi. Pengen banget
pulang rasanya, tapi.. ya sudahlah mau gimana lagi haha..”
“Masyaallah.. yang sabar ya fathimah, abis acara
pesantrenisasi ini kamu izin pulang aja.. insyaallah boleh kokJ”
Tentu kamu tahu bagaimana rasanya menjadi aku. Hidup
sebagai seorang anak perantauan yang jauh dari belaian lembut sesosok ibu.
Bertahan di tengah kesibukan yang menderu tanpa bisikan hangat sosok
penyemangat seperti ayah. Jika bukan demi sebongkah asa, jika bukan demi seberkas
pelangi di masa depan duhai kawan, mungkin aku takkan bertahan. Lalu rindu itu
semakin meronta-ronta manakala ku dengar suara sesosok wanita tersayangku di
seberang sana sedang menangis tersedu dan berbisik,
“Kamu pulang ya sayang, ayah rindu sekali padamu. Kamu
harus pulang sekarang! Sakit yang ia derita tak seperti biasanya.. mungkin
dengan kedatanganmu kesini..berada di sisinya, ia bisa cepat pulih dari
sakitnya..!”
Dan bagaimana perasaanmu duhai kawan? Bagaimana ?? bagaimana bila ibumu berkata
demikian..? apakah sakit? Ataukah perih?? Ahh kau pasti bisa merasakannya.
Dengan air mata yang terus mengucur deras akupun berkata,
“MAAF MAMA, aku tidak bisa!! Tidak sekarang! Mungkin nanti.. nanti setelah
semua urusanku selesai. Katakan pada ayah, bahwa aku akan selalu datang.. jiwaku
akan selalu datang melalui munajat panjangku memohon kesembuhan untuknya=’(..“
27, 28, 29 November 2014. Tiga hari sudah aku menjalani
kegiatan kampus yang mewajibkanku untuk tinggal di asrama. Di hari-hari itu
kamipun dituntut untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang cukup menguras
energi dan fikiran. Walaupun begitu aku tak merasa kesal. Ku nikmati semuanya
dengan penuh semangat. “Hmm jd anak asrama again... SUDAH BIASA B-)” Kataku
membangkitkan semangat. Pagi itu aku mengikuti kajian keasramaan. Akan tetapi
di tengah-tengah kajian konsentrasiku mulai buyar. Rupanya sang waktu ingin
mengingatkanku pada kisah pilu beberapa hari lalu. Kala itu kakak sepupuku
bercerita kepadaku. Katanya,
Malam itu begitu
sunyi. Angin begitu besar, begitu pula petir dan hujan yang terus mengguyur membuat
suasana semakin mencekam. Sementara itu, rumah teramat sepi. Hanya ada ibu,
ayah, dan adik kecilmu yg sudah tertidur pulas. Ibumu meratap penuh kegundahan.
Ia menyaksikan ayahmu beberapa kali mengeluh kesakitan. Ia menangis, ayahmu pun
menangis. Kaki ayahmu yang begitu kaku sulit sekali untuk di gerakkan. Ya, ia
menderita radang sendi sayang.. kata
ibumu, “Beberapa kali aku hendak memapahnya untuk ke kamar mandi, tetapi ia
selalu terjatuh. Sampai akhirnya tak ada cara lain, ku dudukkan ia di atas
kursi berat yang terbuat dari kayu jati, lalu ku dorong ia sekuat tenaga menuju
kamar mandi yang terletak di penghujung ruang rumahku. Obat yang diminumnya
bereaksi sangat cepat. Sehingga mengharuskanku untuk melakukan hal yang sama berulang-ulang
kali. Ya.. memapahnya, mendudukannya di atas kursi, lalu mendorongnya sekuat
tenaga dengan kursi berat itu. Ahh sampai-sampai aku berhayal, andai anakku
Fathimah ada disini.. mungkin tak seberat ini.” Begitulah cerita ibumu beberapa
waktu lalu, tapi jangan cemas.. sekarang keadaannya sudah membaik. Doakan
selalu dan tetaplah semangat..! ;)
Mengingatnya, membuatku harus menengadah agar air di
sudut mataku tak jatuh berderai. Nafasku sesak, fikirku buntu. Rasa-rasanya
rinduku telah berujung, tak tertahan lagi.. dan ingin segera ku luapkan.
Tetapi, lagi-lagi kepadatan mengatakan, “Bersabarlah sayang, karna sang waktu
TIDAK MENGIZINKAN !!” -_____-
Tepat pukul 5 pagi dering handphone berbunyi. Dengan mata
yang sembab dan luka yang masih menganga, ku lirik handphone dan ternyata sms
dari mama tercinta.
Salam. Fathimah, kamu pulang pagi ini ya
nak. Sekarang kemasi barang-barangmu, pagi ini juga kamu harus pulang. Tolong,
turuti apa kata mama.
Tanpa fikir panjang, akupun berlari menuju kantor asrama.
Di sana ku jelaskan semua persoalan yang ada pada pihak asrama. “Ku mohon,
izinkan saya pulang pagi ini dan mengikuti test final examination susulan. Ayah
koma, dan saya harus pulang!!” pintaku pilu.
“Maaf dek, kamu hanya memiliki 2 pilihan. Tetap disini,
menunggu sampai pelaksanaan test selesai (pukul 15:00) atau kamu tetap pulang
pagi ini dan harus *mengulang* 4hari masa kepesantrenan setelah kamu kembali.
Karna tidak ada test susulan dek. Tunggulah beberapa jam lagi.”
Aku terduduk tak berdaya. Fikirku buntu. Aku tak tahu apa
yang harus ku lakukan. Tetap pulang, atau menunggu untuk beberapa waktu?
Seorang kakak memelukku dengan erat. Ia berusaha menenangkanku, lalu berbisik
agar aku segera menelepon mamaku. Terjadilah perbincangan singkat via telepon.
Dan seusai itu aku sedikit lega, syukurlah mama mengizinkanku untuk menunggu
sampai pelaksanaan test selesai, karna keadaan ayah sudah mulai membaik. Lalu
aku pun segera beranjak dari kantor asrama dan bersiap-siap mengikuti kajian
keasramaan pukul 08:00 nanti.
2 jam berlalu. Kini aku sudah berada di ruang kelas
menyimak materi yang di sampaikan oleh bapak dosen yang terhormat. Namun,
beberapa saat kemudian dering handphone berbunyi lagi. Seketika ia membuatku
terkejut. Akupun berlari meninggalkan ruang kelas dan segera mengangkatnya. Ku
dengar suara seseorang di seberang sana. Parau dan terdengar asing. Bukan
mama, bukan pula ayah. “Fathimah..
k..kamu pulang sekarang ya dek..! s..sekarang!!” Ya Tuhan... air di sudut
mataku sudah tak dapat ku tahan lagi. Ia berlinang, terus berlinang. Dengan
terisak akupun menjawab, “Iya mbak, aku pulang. Mama mana? Aku mau bicara!!” Ku
dengar suara rintihan seseorang di seberang sana semakin kuat, ia mencoba
tenang dan berkata, “Mama.. mamamu sedang berbincang-bincang dengan ayahmu.
Sudah.. pulanglah sekarang!!”
AYAAAAHHHHHHHHH=’( =’( =’( Sungguh... denyut di nadiku
seakan berhenti. Segala fikiran negatif berkecamuk dalam memori. Ahh aku tak
tahu pertanda apakah ini?? Ahh tapi ku tahu. Aku bisa merasakan kenyataan pahit
itu. Tapi sekuat hati aku menolak. TIDAK!! Itu tak mungkin terjadi=’(
Dengan air mata yang terus bercucuran ku berlari menaiki
beberapa tangga menuju kamar asrama. Beberapa kali aku terjatuh. Lalu bangkit
lagi. Terjatuh lagi, bangkit lagi, dan terjatuh lagi. Sampai pada akhirnya
langkahku terhenti, dan aku tersadar.. aku berada pada lantai teratas asrama.
Ya Tuhan... lantai 3 terlewatkanX_X aku pun bergegas menuruni beberapa anak
tangga lagi menuju lantai 3. Dug. Langkahku terhenti, tepat di depan pintu
kamar 202. Sesaat aku tersenyum kecil, pandanganku tertuju pada 2 burung
merpati berwarna putih yang tiba-tiba hinggap di jendela kamar itu. Sayapnya
sungguh elok, damai menyentuh kalbu. Duhai
merpati.. kemarilah, temani langkahku.
1 jam berlalu.
Kini aku sudah duduk di bangku no. 11 Travel Jogjes tujuan Jogja-Semarang.
Sepanjang jalan aku hanya terdiam membisu.
Ku pejamkan mataku agar mereka mengira aku baik-baik saja. Aku tak mau seorangpun mengganggu. Bahkan,
handphone yang sedari tadi berderingpun tidak ku toleh. Padahal sebelumnya
sudah ku katakan melalui short message service bahwa aku enggan menerima
telepon dari siapapun. Aku meminta mereka agar tetap diam dan tidak mengusikku.
Tapi mereka tetap keras kepala. Tak henti-hentinya orang rumah menderingkan
handphoneku. Ahh apa mereka tak mengerti perasaanku? AKU TAK INGIN DI GANGGU!!
Teriakku dalam hati. Saking kesalnya, akhirnya aku mengirim sebuah short
message service.
“SUDAH DIAM SAJA!! SUDAH KU BILANG, AKU TAK
INGIN MENGANGKAT TELEPON DARI SIAPAPUN! AKU TAK INGIN MENDENGAR BERITA APAPUN!
DIAM SAJA. AKU HANYA SEORANG DIRI DI TRAVEL INI. APA KALIAN MAU AKU PINGSAN
KONYOL DI SINI??”
Beberapa menit kemudian pesan itu di balas.
“Tenang Fathimah. Aku tak ingin memberitahu kabar apapun.
Aku hanya ingin memberitahumu tempat di mana om akan menjemputmu. Kau ku tunggu
di depan Plaza Semarang. Berhentilah di situ.”
Astagfirullah, ternyata aku salah sangka. Maafkan aku,
aku hanya tak ingin siapapun mengatakan sesuatu yang akan membuat lukaku
semakin menganga. Lalu ku matikan handphone, ku pejamkan mata, dan mencoba
tenang. Dalam ketenangan itu memoriku mengembara jauh menyusuri tiap-tiap
kenangan usang yang pernah ku rajut bersama keluarga tersayang. Lalu ia
berhenti pada satu kenangan di masa lalu. Sebuah kenangan mengharukan yang ku
rajut bersama sahabat SMAku. Kala itu pelajaran sedang kosong. Kamipun
bercandaria dan bercerita tentang peristiwa-peristiwa konyol yang kerapkali
kita alami. Di tengah-tengah keramaian itu salah satu temanku menghentikan keramaian
itu. Katanya, “Silent please, dengerin
deh.. ini ada kata-kata tentang ayah sumpah ajib banget!! Dengerin perlahan,
resapi, dan hayati!”
DI BALIK SIKAP KERAS AYAH
(Unknown)
Ketika anda masih kecil, ibulah yang lebih
sering mendongeng untuk anda. Tapi tahukah anda bahwa sepulang bekerja , dengan
wajah lelah, yang pertama kali di tanyakan kepada ibu adalah ‘kabar anda’ dan
apa yang anda lakukan seharian?
Ketika anda belajar naik sepeda di masa
kanak-kanak, ayah akan melepaskan roda bantu di sepeda anda, dan ibu khawatir
jika anda terjatuh. Tapi tahukah anda, bahwa itu ayah lakukan karna dia yakin ‘anak
kesayangannya pasti bisa melakukannya’?
Ketika anda merengek minta mainan baru, ibu
menatap anda dengan iba, tapi ayah berkata dengan tegas, “TidakSekarang!” Tapi
tahukah anda, bahwa hal itu ‘mendidik
anda’ menjadi anak yang tidak manja lantaran tidak semua keinginan anda
terpenuhi dengan segera?
Ketika anda sakit pilek, ibu merawat dan
memberikan perhatian ekstra pada anda, tapi ayah justru membentak, “Sudah di
bilang jangan minum es!” Tapi tahukah anda, bahwa sebenarnya ‘ayah sangat
mengkhawatirkan anda’?
Ketika anda beranjak remaja dan menuntut
untuk dapat izin keluar malam, ayah akan sering membentak dan melarang. Tahukah
anda bahwa ayah melakukan itu karna ‘ia sangat ingin menjaga anda’?
Ketika anda mulai berlama-lama menelepon
atau menerima telepon dari seseorang, ayah akan berada di sekitar anda dan
mendengarkan pembicaraan anda dan teman anda di telepon. Tahukah anda, bahwa
rasa ingin tahu ayah akan teman spesial anda, di sebabkan karna ‘ia ingin
memastikan bahwa anaknya memiliki teman istimewa yang tepat’?
Ketika anda lulus SMA, ayah akan memaksa
anda menjadi dokter atau insinyur. Tapi tahukah anda, bahwa itu semata-mata
karna ‘ayah sangat memikirkan masa depan anda’? dan pada kenyataannya ayah akan
tetap tersenyum dan mendukung anda saat pilihan anda tidak sesuai keinginannya.
Ketika anda harus berkuliah di luar kota,
ayah harus melepasmu. Tahukah anda bahwa pada saat itu ‘badan ayah terasa kaku
untuk memelukmu’?
Ketika itu, ayah hanya tersenyum sambil
memberi nasihat ini-itu dan menyuruh anda berhati-hati. Padahal ‘ayah ingin
sekali menangis seperti ibu dan memeluk anda erat-erat. Yang ayah lakukan
hanyalah menghapus sedikit air mata di sudut matanya dan menepuk pundak anda
sambil berkata, “Jaga dirimu baik-baik ya..!” Tahukah anda bahwa ayah melakukan
hal ini agar ‘anda kuat dan dewasa’?
Ketika anda membutuhkan uang untuk biaya
kuliah dan kehidupan sehari-hari anda, ayah adalah orang pertama yang akan
mengerutkan kening. Tapi tahukah anda, bahwa ‘ayah akan bekerja keras’ untuk
mengirim sejumlah uang yang anda butuhkan, agar anda bisa merasa sama dengan
teman-teman anda di kampus?
Ketika anda di wisuda, ayah adalah orang
pertama yang akan berdiri dan memberikan tepuk tangan untuk anda.
Ketika anda memilih pasangan hidup, ayah
adalah orang pertama yang yakin bahwa anda telah memilih pasangan yang tepat.
Ketika anda duduk di pelaminan, ayah akan
tersenyum bahagia, tapi tahukah anda bahwa dalam hati kecilnya ayah merasa
‘kehilangan’ anak kesayangannya?
Setelah itu ayah hanya bisa menunggu
kedatangan anda bersama cucu-cucunya yang sesekali menjenguknya. ‘Dengan rambut
yang telah dan semakin memutih, dan badan serta lengan yang tak lagi kuat
menjagamu dari bahaya,’
*ayah telah menyelesaikan tugasnya.*
Syair itu masih teringat jelas di
memoryku. Kata demi kata yang di rangkainya memang benar-benar menjelaskan
sosok ayah dalam kehidupan nyata. Maka tak heran, jika kami yang pada waktu itu
masihlah menjadi anak asrama (boarding school) yang hidup jauh dari orang tua
sangat tersentuh dan bercucuran airmata mendengar syair itu. Dan pada saat
ini.. apa kau tahu duhai kawan? ...
“MBAK??? MBAK JADI TURUN DI MANA????”
“ASTAGA:/ ehmm iya pak, sudah sampai yaa” (Teriakan sopir
menyadarkanku dari nostalgilaku-_-)
Aku segera turun dari travel dan berjalan
terlontang-lantung menuju pintu masuk Plaza Semarang yang agak jauh dari tempat
pemberhentian travel. Sesampainya di plaza aku duduk beberapa saat seraya
mengusir letih, sampai akhirnya beberapa keluarga menghampiriku. Aku terheran,
mengapa harus mereka yang menjemputku? Kemana paman dan kerabat terdekatku?
Mereka adalah saudara jauhku, ya Tuhan... fikiranku semakin kacau pada waktu
itu. Intuisiku berteriak semakin kencang mengisyaratkan bahwa apa yang ku
takutkan memang benar-benar terjadi. Tetapi lagi-lagi aku menampik fikiran
negatif itu dan bersegera masuk ke dalam mobil. Aku sengaja diam dan enggan bertanya
sepatah katapun. Mereka pun diam, terlihat berusaha tenang seolah-olah semuanya
baik-baik saja. Tapi aku faham betul, mereka hanya berpura-pura. Di sepanjang
jalan aku diam membisu dan ku pejamkan mataku agar air mata kepiluan ini tak
lagi menetes. Dalam benak sebenarnya aku sangat takut membuka mata dan melihat
ke arah jalan. Aku takut jika ketika aku membuka mata RSU Kartini sudah
terlewati. Aku sangat ketakutan bila mobil ini terus melaju dan tidak berhenti
di RS itu. Saking letihnya menahan gerutu hati yang tak karuan, akhirnya aku
tertidur. Beberapa saat kemudian aku terbangun dan betapa terkejutnya ketika ku
menoleh ke arah luar kaca mobil, ternyata ....
“Mengapa kau lewati RSU
Kartini om? Om sudah lupa jalan ya? Jangan mengigau om!! Ohh atau ayah sudah
boleh di bawa pulang? Sudah sembuh?”
Penghuni mobil hanya diam tak merespon. Sementara dalam
diamku jiwaku meronta-ronta tak karuan. ENTAHLAH.... .
Beberapa menit kemudian. . . . . . .
AHHH TUHAN... =’(
ternyata intuisiku benar. Dengan jiwa yang tak utuh lagi aku berjalan gontai
memasuki rumah. Dan ku temui ayah tercinta telah terbujur kaku dengan kain
putih yang menutupi sekujur tubuhnya. Mama memelukku. Memeluk dengan eratnya.. kamipun hanyut dalam lautan duka yang mendalam.
Ya, Tuhan telah menjemputnya menuju taman surgawi yang
kekal nan abadi. APA KAU TAU KAWAN, BAGAIMANA RASANYA menjadi aku pada waktu
itu??? RAPUH!!!! Teramat rapuh. Ketika kau menyaksikan sesosok lelaki yang
menjadi pahlawan dalam hidupmu, yang mengorbankan segalanya untukmu, yang
bersedih karna kesedihanmu, yang tertawa karna kebahagiaanmu, dan SESOSOK
LELAKI YANG TAKKAN PERNAH MENYAKITIMU SEPANJANG HIDUPMU, tentu kau sangat
mendambakannya bukan? Bahkan ketika kamu jauh darinya dan tak bisa melihatnya
beberapa waktu saja rasa rindu pasti sangat menggelayuti hatimu. Dan kau tahu
kawan? Aku, aku sang anak perantauan yang sudah 2 bulan lamanya tak berjumpa
dengannya, tak melihat senyuman di wajahnya, tak merasakan hangatnya rangkulan
dan peluknya, dan ketika rasa rindu itu sudah berada di ujung keringkihan dan
ingin segera ku luapkan, BELIAU SUDAH TIDAK BERNYAWA. Beliau tiada mampu lagi
menjawab salamku, membalas pelukku, dan mengatakan “I really miss U too, my
beloved daughter!” Beliau tak mampu lagi melakukannya untukku. Ternyata benar,
RINDUKU BENAR-BENAR ABADI.
Beberapa minggu berlalu, aku
tersadar. Aku harus bangkit untuk mama, juga untuk adik mungilku. Walau
kerinduan abadi itu teramat menyakitkan, namun itulah Takdir Tuhan. Dan hidup
harus terus berjalan.
“Kamu harus bangkit nak!! Kamu harus
meraih pelangi itu!”
“Tapi ma, apa aku bisa?? Sedangkan
ayah telah tiada. Butuh perjuangan besar untuk meraihnya..!”
“KAMU BISA NAK!! Mama akan selalu
berjuang untuk itu. Untuk kebahagiaanmu, dan adikmu.. kalian akan menjadi
bintang yang bersinar!! Percayalah!!”
Kini dengan jiwa yang tak lagi lemah
akan ku arungi rindu ku, bersama mama dan adik kecilku. Akan ku buktikan pada
dunia bahwa kami mampu, walau keadaan sudah tak seperti dulu. Aku akan berjuang
untukmu mama.. untuk mama yang dengan tangguhnya berusaha menjadi ibu terbaik
bagi kami berdua. “Tenang sayang, meskipun mama hanyalah seorang wanita karier
yang upahnya tak seberapa, tetapi percayalah rahmat Tuhan pasti akan senantiasa
tercurah. Dan kamu harus tetap berpendidikan tinggi walau semua itu tak murah.”
Maka Tuhan,
terimakasih, terimakasih atas hujan kelabu yang selama ini kau turunkan di
tengah-tengah kami. Aku
bersyukur karna dengan begitu aku merasa semakin dekat denganmu, semakin
menyayangi kedua orang tuaku, dan semakin bersemangat untuk maju. Aku tak
pernah sesali apapun yang telah menjadi kuasaMu. Karna ku selalu percaya, “AKAN
ADA PELANGI SETELAH HUJAN.” Yaa aku percaya, suatu saat nanti Engkau akan
berikan pelangi itu kepada kami. Karna “Sesungguhnya Setelah kesulitan,
terdapat kemudahan.” Maka Tuhan, ku mohon izinkan daku memberikan seberkas
pelangi itu untuknya. Untuk mama tercinta, untuk sesosok wanita yang telah
menjadikanku sekuat baja, yang telah berusaha mendidikku dengan sebaik-baik
didikan, dan selalu menggiringku agar dapat menuju kesempurnaan. Kini kami akan
berjuang menjadi insan kamil kesayanganmu Tuhan. Dan kami berharap, agar rindu itu bukanlah rindu
abadi..
“Kumpulkanlah kami kembali bersama ayah tercinta di surgamu nanti!! Ilahi Amin.”
‘CAUSE I
KNOW, *ALWAYS THERE’S A RAINBOW AFTER THE RAIN*
_______________________________________________________________________________
Assalamualaikum wr wb.
Hallo visitors :)) Terimakasih sudah bersedia meluangkan waktunya untuk mampir di blog tak penting ini. Semoga mendapatkan 'sesuatu' yg dapat dijadikan ibroh yes ;)
Sebelumnya saya ucapkan syukron katsir,---Mohon utk siapapun yg membaca postingan tak bermakna ini --baik sahabat Pena Fathimah maupun visitors yg gak sengaja mampir (hehe).. saya meminta keikhlasan Anda untuk membacakan Surah Al-Fathihah untuk ayah saya (Bp. AMINUR RACHMAN bin ASHADI). Semoga beliau selalu dalam naungan kasihNya. Ilahi Amin.
-Jazakumullahu khairon katsiron-
:))