DISTANCE @>--Cinta Tak Melulu Tentang Kepemilikan
Ternyata benar apa yang mereka bilang. Bukanlah cinta bila tiada rindu.
Dan bukanlah rindu bila tiada belenggu. Ternyata benar. Mencinta juga
membelenggu. Karna ada rindu dalam kalbu. Kau takkan mencintai bila
tak merindui. Selalu seperti itu. Begitulah belenggu rindu yang konon bermuara
dari cinta.
Dari cinta aku belajar tentang rindu. Dari rindu pulalah sehingga kutemui belenggu. Ya, belenggu rindu yang meradang manakala cintaku tak mampu kugenggam. |
Dan ternyata benar. Jarak memang bejat.
Pisahkan sepasang insan yang telah tertawan kasih sayang. Terkadang cemburu
memang, melihat mereka bergandengan penuh kasih sayang, menikmati masa pacaran
yang lumpuhkan kekalutan (katanya)--
sementara aku.. Aku masihlah terdiam. Menyendiri tanpa rangkulan. Tanpa
bisikan. Tanpa pertemuan-pertemuan yang melegakan.
Sampai pernah suatu ketika aku berpikir, kalaupun
seandainya jarak cintaku di dekatkan, lalu bagaimana caraku meluapkan perasaan?
Dengan bergandengan layaknya mereka, si pasangan ABG labil yang sedang dimabuk
kepayang kah? Dengan menyakiti Tuhan kah??? MembuatNya mencemburuinya misalnya?
~Bagaimana tidak, sedangkan godaan duniawi lebih bejat daripada parasit yang
bernama jarak. Maka bila jarak antara raganya~ygkucinta dan ragaku didekatkan,
sanggupkah ku takhlukkan godaan? Godaan yang konon bermacam-macam, godaan yang
konon mencuri-curi pandangpun termasuk dalam bagian ~Godaan.
Hey, pernahkah kau memikirkan yang
demikian? Apa jadinya? Apa jadinya bila jarak kau dengan kakasih harammu didekatkan? Dan kau masih menganggap jarak begitu bejat? Bejatkah jarak??
Sungguh, ia lah pelindungmu. Ialah jarak, suatu bentuk nyata dari
manifestasi perlindungan Tuhan. Ialah
jarak, yang konon terlalu kejam karna merenggangkan, bejat karna memisahkan.
Tapi ketahuilah, tanpanya kau takkan terjaga. Tuhan menjaga cintamu melalui
jarak. Agar tetap murni, agar tetap suci. Tak pernahkah kau sadari??
Sungguh, hanyalah keridhoan yang kau butuhkan. Keridhoan dariNya atas sebuah perasaan tak terencana, yang
tertanam di kalbumu untuknya. Ya, perasaan yang kau sebut cinta. Cinta yang
entah dengan apa kau menyempurnakannya. Dengan restu Tuhankah? Atau bahkan
dengan nafsumu yang kau sendiri tak menyadarinya? Bila memang benar, rasamu
telah kau bumbui dengan nafsu, apakah itu cinta? Cinta yang katamu seluas
samudra.. cinta yang katamu setinggi langit di angkasa.. itu cinta? Cinta atau
nafsu?
Hey, kau para pejuang cinta!! Ketahuilah,
cinta tak melulu tentang ‘aku milikmu dan kau milikku’. Bukan pula melulu
tentang ‘kau harus disini, selalu ada, kita selalu bersama’. Bukan demikian
sayang!!
Ketahuilah, mencintai adalah ketika kau menjadikan
ridhoNya sebagai motivasi untuk menggerakkan rasa. Mencintai adalah ketika
kau mengatasnamakan cintanya pada Tuhan sebagai alasanmu menjatuhkan hati.
Karna dirinya~sosokyangkaucinta, selalu menjalin romantisme dengan Sang Maha
Cinta. Dan kau terpesona akan tingkahnya. Kau terpesona akan akhlaknya, tutur
katanya, pun caranya menghidupi kehidupan. Dan kau yakin dengan kesemuanya,
sosok~yangkaupuja itu mampu membimbingmu menuju insan kedambaan Tuhan.
Begitulah cinta. Kau mencintainya karna Tuhan. Kau sebagai hamba yang tak tahu
arah, dan ia~yangkaucintai sebagai cermin yang memantulkan stimulus kebaikan.
Sehingga kau dengannya sama-sama
berbenah. Menyatu dalam jiwa, menyederhanakan rindu dalam bingkisan doa. Maka,
kau terjaga. Dirinya~yangkaucinta pun terjaga. Memisah karna jarak. Namun
menyatu karna doa. Hingga ketika sang waktu tiba, ridhoNya akan lenyapkan jarak
dan kau dengannya akan tersatukan dalam satu kata ‘halal’, yang terjabarkan
dalam sebuah kalimat, “aku milikmu, dan kau milikku.”
Sudahlah.. Jadikan saja ridhoNya sebagai motivasimu menggerakkan rasa.. ~Maka jarak bukanlah perkara. ;)
Semarang, 12 Desember 2015
-dfz-
Awesome <3 <3 <3
ReplyDelete