TAK PANTAS
Diam..
Terpejam tanpa suara
Kalut..
Terpikuk tercekam
sepi
Betapa Tuhan
mencintaimu duhai pujaan
Betapa Ia menyayangmu
duhai impian
Sampai-sampai jemari
indahmu tak mampu ku genggam
Di sepertiga malam
itu,
KasihNya merangkulku
Mendekapku seraya
berbisik,
Bahwa ialah kau, hamba terkasih
Begitupun denganku, jua
hamba terkasih
Di sepertiga malam
itu,
Gejolak haru
mengoyakku, kasih
Setelah durjanaku yang
sehitam arang , Ia tetap memaafkan
Ia tetap merangkulku
sebagaimana Ia merangkulmu
Di sepertiga malam
itu,
Mata hatiku
terbelalak, saksikan milyaran perbedaan
*Kau dan aku*
Ialah kau, sang
pelangi impian
Dan inilah diriku, si
mendung pekat tak tahu aturan
-Berbeda-
Di sepertiga malam
itu,
Ku sadari
Siapalah perangaiku,
siapalah perangaimu
Ialah kau, duhai yang siang dan malamnya ternaungi oleh kilau cintamu memujaNya
Ialah kau, duhai yang siang dan malamnya ternaungi oleh kilau cintamu memujaNya
Tak letih memujaNya
di setiap waktu
Sedang diriku, si hitam
yang siang dan malamnya terpikat oleh kefanaan
Tak henti dikelabui kebiadaban
Sungguh..
-teramat beda-
Di sepertiga malam
itu,
Sungguh ku katakan “aku
malu”
Si durjana ini malu
duhai Tuhanku..
Setelah semua nista
Setelah semua dosa
Lalu ku harap RidhoMu
Sudikah Kau?
Sudikah Kau Duhai
Tuhanku??
Ahh sedang
di penghujung sepertiga malam itu Kau berbisik
KataMu,
“Ingatlah sayangku,
Yang terbaik selalu menjadi milik mereka, yang
terbaik.”
Aku terpejam. Dirundung
sesal
Lalu pelukMu
menenangkan
“Perbaikilah dirimu,
niscaya ia kan Ku serahkan!!”
kataMu mengakhiri
perbincangan.
Jeparadise, 29/12/15
-dfz-
0 comments:
Post a Comment